Kedua peristiwa ini terjadi pada tanggal yang sama dalam sejarah, apakah ini sebuah kebetulan? Atau sebuah Konspirasi politik yang sengaja dirancang? Terlepas dari itu semua, bagi pendukung dan loyalis Mak ‘Er’ di Turki ataupun di seluruh dunia momentum ini memiliki kesan yang menarik, ada semacam simbolisme yang diangkat oleh Erdogan atau pengikutnya yang menghubungkan prestasinya sebagai presiden dengan kejayaan masa lalu seperti pembebasan Konstantinopel oleh Muhammad Al fatih. Namun, hal tersebut akan tergantung pada penafsiran dan interpretasi individu terhadap peristiwa sejarah dan politik.
Kedua, Salah satu aspek yang penting dari kepemimpinan Erdogan adalah pengembangan dan penggunaan ideologi penyatuan Islam dan nasionalisme. Dalam visi politiknya, Erdogan mengusung ideologi yang ia sebut sebagai “Islam Nasionalis.” Konsep ini mencakup penggabungan nilai-nilai Islam dengan semangat nasionalisme Turki. Erdogan mengusung konsep ini dengan maksud untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan gagasan nasionalisme Turki. Erdogan berpendapat bahwa Turki harus memperkuat identitas Islamnya tanpa mengorbankan karakteristik nasionalnya. Ia memandang bahwa kekuatan Islam dan kebangsaan Turki dapat saling melengkapi, dan kesatuan ini dapat memberikan fondasi yang kuat bagi kemajuan negara. Ideologi ini mengandung elemen-elemen seperti mempertahankan identitas Islam yang kuat, mempromosikan keadilan sosial, serta menekankan pentingnya kesatuan dan kekuatan Turki dalam dunia modern.
Ideologi penyatuan Islam Erdogan mencerminkan keyakinannya bahwa Turki harus kembali ke akar budaya dan agama Islam yang kaya. Dalam pandangan Erdogan, nilai-nilai Islam dan identitas Muslim yang kuat harus menjadi pendorong utama dalam kehidupan publik dan kebijakan pemerintah. Ini tercermin dalam kebijakan domestiknya yang mengutamakan pendidikan agama, restorasi dan pembangunan kembali situs-situs bersejarah Islam, dan pembebasan ekspresi agama di ruang publik.
Selain itu, Erdogan juga menjalankan retorika nasionalis yang kuat. Dia menekankan pentingnya kebanggaan nasional dan pemulihan kejayaan Turki sebagai kekuatan regional yang berpengaruh. Erdogan sering kali menyoroti warisan sejarah Turki yang kaya, menggambarkan Turki sebagai negara yang memainkan peran penting dalam perkembangan peradaban dan memberikan keberanian kepada masyarakat Turki untuk mengejar aspirasi nasional mereka.
Dalam konteks penyatuan Islam dan nasionalisme, Erdogan telah memperkuat identitas Turki sebagai negara Muslim yang bangga dengan sejarah dan budaya Islamnya. Pemerintahannya juga telah mengambil langkah-langkah untuk mempromosikan pendidikan agama dan melestarikan warisan budaya Islam di Turki. Di sisi lain, ia juga menekankan pentingnya menciptakan negara yang kuat dan independen secara ekonomi dan politik untuk menghadapi tantangan dunia modern.
Dalam implementasinya, Erdogan telah mempromosikan kebijakan yang mendukung pemeliharaan kebebasan beragama dan kehidupan Islami yang lebih terbuka di Turki, sambil tetap mempertahankan nilai-nilai nasional dan tradisi Turki. Dia telah memperkuat lembaga-lembaga keagamaan, mendukung pembangunan masjid-masjid yang mencerminkan identitas Islam Turki, dan memperjuangkan hak-hak minoritas Muslim di Turki.
Selain itu, Erdogan juga menekankan pentingnya kedaulatan dan kemandirian Turki dalam kebijakan luar negeri. Ia berusaha menjaga keberlanjutan hubungan dengan negara-negara Islam di wilayah sekitar, sambil juga memainkan peran yang aktif di panggung internasional. Erdogan telah menunjukkan ketegasannya dalam menghadapi tantangan terkait kepentingan nasional Turki, termasuk isu-isu seperti perbatasan, keamanan, dan perlindungan hak-hak rakyat Turki di luar negeri.
Namun, pendekatan Erdogan terhadap penyatuan Islam dan nasionalisme tidak tanpa kontroversi. Beberapa pihak melihat ideologi ini sebagai langkah maju dalam menggabungkan nilai-nilai agama dan nasional, sementara yang lain mengkhawatirkan implikasi terhadap sekulerisme dan hak-hak minoritas di Turki. Beberapa kritikus mengklaim bahwa pendekatan ini dapat mengancam prinsip-prinsip sekularisme yang telah lama dijunjung tinggi di Turki. Mereka juga berpendapat bahwa gabungan ideologi Islam dan nasionalisme Erdogan dapat mengabaikan pluralitas dan keragaman masyarakat Turki yang lebih luas. Mereka khawatir bahwa penggabungan agama dan politik dapat mengurangi kebebasan beragama dan kebebasan berekspresi bagi masyarakat yang berbeda keyakinan di Turki.
Namun analisa saya, bahwa disinilah Paradoksnya. Ada semacam “Kejenuhan politik” terhadap ideologi Status Quo yang selama ini terus digaungkan sebagai Ideologi negara Turki yaitu “Sekulerisme”. Kejenuhan politik ini dapat terjadi karena berbagai alasan, salah satunya ketidakmampuan sistem politik lama Turki untuk memberikan perubahan yang diinginkan. Fakta Ini dapat dilihat dari Kemenangan Erdogan sebagai presiden dalam tiga periode berturut-turut menunjukkan tingginya popularitas dan dukungan yang ia terima dari sebagian besar masyarakat Turki, padahal jelas ideologi yang secara terang-terangan di kampanyekan oleh Erdoĝan adalah Ideologi kesatuan Agama dan Negara sangat bertentangan dengan prinsip Sekuleris yang dengan mantap menyatakan tentang pemisahan Agama dan Negara.
Pada akhirnya, Kemenangan Erdogan sebagai presiden dalam tiga periode di Turki menegaskan dominasinya di panggung politik negara tersebut. Baik melalui kebijakan ekonomi yang berhasil maupun ideologi penyatuan Islam dan nasionalisme, Erdogan telah memperoleh dukungan yang kuat dari sebagian besar rakyat Turki. Ideologi penyatuan Islam dan nasionalisme yang dikembangkan oleh Erdogan mencerminkan pandangan politik dan nilai-nilai yang ia anut. Seiring dengan kemenangannya, Erdogan juga menghadapi tantangan dan tuntutan dari berbagai kelompok masyarakat dan komunitas internasional yang mengharapkan adanya perubahan dan reformasi di Turki. Pandangan terhadap Erdogan dan kebijakannya sangatlah beragam, dan penilaian atas kepemimpinannya terus menjadi bahan perdebatan dalam masyarakat Turki maupun di dunia internasional.
Akhir kata "Tebrik ederim" Mak Er'.