Mohon tunggu...
arya kamandanu
arya kamandanu Mohon Tunggu... -

Laki-laki yg lahir dri campuran seorang JANDA (Jawa dan Sunda). Bekerja sebgai BANGSAWAN (sebangsa karyawan) Sedikit agak pendiam, selalu bnyk Kemauan, tpi jrang bsa kesampaian. Tak apa, yg pnting msh punya Iman. Dan tak prnah smpe kebablasan. Aplgi smpai hilang ingatan, kasihan kan..? Tulis menulis, cma sekedar selingan. siapa tahu kpn2 dpt imbalan, lumayan buat masa depan. :p Sebagian dari laki-laki yg merasa bodoh. Tak pernah mau ngerti urusan Politik inilah..itulah. Tak pernah pula, mengikuti arus berita yg tengah deras bak air bah. Yang cuma berfikir "bagaimana mencari nafkah..!!" Sambil tetap tersenyum indah. Karena senyum itu adalah ibadah itu sajahh.!! haahh.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menari di Atas Awan

29 Januari 2010   02:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:12 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mentari baru saja menggeliat, pelan dan merambat.

Awan putih terus berputar dengan lambat.

disambut nyanyian burung yang kian bersahut.

****

(Lihat)


Puspa baru saja menginjakan kakinya pada tanah kering di pekarangan rumahnya. Tampak wajah yang masih penuh dengan peluh. Olahraga pagi, sudah menjadi kegemaran seperti ritual yang tak terlewatkan.

Puspa sempat terhentak, ketikaterdengar nyanyian dari sebuah selular milikinya.

"Pagi sayang." suara berat mulai terdengar.

"Pagiii..." balas puspa riang

setelah kecupan kecil yang baru saja diberikan si penjaga malam

"Bagaimana kabar Bintang?" mengisap rokok putih.

"Bintang selalu pergi, mas."

"Entahlah lah mas.!!, sampai kapan dia kan terus memberikan rasa iba, dalam tiupan nafas yang beraroma cinta, bermandikan sanjungan dan pujian dalam melodi kehampaan."

"Sudahlah, mas..!! Aku sudah biasa mas, jangan kau tanyakan itu.!!"

"mas.."

"iya. puspa."

"aku kangen kamu mas.!!"

"aku juga kangen kamu, puspa"

Ahh.. puspa.!! Kau bagaikan angin bagiku. Kau yang pandai meniup dalam sebuah siulan,mengajak ku, tuk selalu menari di atas awan.

tlah ku genggam jemari, kau membalikan semua nalarku yang ada begitu liar. Kurasakan setiap jengkal nafas mu, dalam letupan jantung yang memompa aliran darah yang berpacu keseluruh penjuru tubuh yang kian bersahutan.

 

"Mas.."

"iya, sayaaang." memegang rokok putih.

"Peluk aku..!!"

"Aku tak takut, kalau aku kan kehilangan kamu mas, tapi aku takut akan kehilangan cintamu"

"janganlah kau katakan cinta puspa.!! karena cinta bisa membunuh mu dalam kebisuan. ciumlah bibirku, peluklah tubuhku. tapi kau tak bisa miliki hatiku"

Biarkan cinta  menyentuh mu, rasakan dan nikmati. biarkan dia melukis gelombang dalam pelangi hatimu."

"hatiku selalu sepi mas.!! "

"Jangan tinggalkan aku.!! tak ada tempat buatku mengadu, selain kamu.!"

"Biarkan Bintang pergi, sesuka hati. tapi ijinkan aku, tuk selalu tidur dalam pelukan sang penjaga malam, mas.!! "

"aku kesepian mas.!!"

Dalam Murung yang tak terbendung, dalam sesal yang terus mengurung jangan kau pergi dari sisiku, puspa.!!

Biarkan awan berputar putar... biarkan.

Karena Kita kan selalu menari diatas awan. (bersambung)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun