Mohon tunggu...
arya kamandanu
arya kamandanu Mohon Tunggu... -

Laki-laki yg lahir dri campuran seorang JANDA (Jawa dan Sunda). Bekerja sebgai BANGSAWAN (sebangsa karyawan) Sedikit agak pendiam, selalu bnyk Kemauan, tpi jrang bsa kesampaian. Tak apa, yg pnting msh punya Iman. Dan tak prnah smpe kebablasan. Aplgi smpai hilang ingatan, kasihan kan..? Tulis menulis, cma sekedar selingan. siapa tahu kpn2 dpt imbalan, lumayan buat masa depan. :p Sebagian dari laki-laki yg merasa bodoh. Tak pernah mau ngerti urusan Politik inilah..itulah. Tak pernah pula, mengikuti arus berita yg tengah deras bak air bah. Yang cuma berfikir "bagaimana mencari nafkah..!!" Sambil tetap tersenyum indah. Karena senyum itu adalah ibadah itu sajahh.!! haahh.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Masih Ingin Bercinta

2 Februari 2010   11:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:07 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[sebelumnya]

Bendera perang tlah ditancapkan, dan genderang tlah di kumandangkan.

Bara api Kemarahan trus menyulut seakan tak bisa dipadamkan.

Tombak-tombak Permusuhan, tlah siap menusuk ke ulu hati yang paling dalam.

Batu-batu Kebencian siap dilontarkan, tuk menghacurkan bunga-bunga perdamaian.

Dan serbuk kesalafahaman tlah ditebarkan, tuk menghipnotis semua kesadaran.

***

"kau laki-laki pembohong..!! munafik. !!" puspa yang sedemikian marahnya trus melontarkan kata-kata makian tanpa henti.

"kau wanita yang egois, puspa. !!" sanggah penjaga malam tak mau kalah.

"Dari dulu kau tlah tahu siapa aku sebenarnya. !! cuma seokor punguk yang merindukan bulan."

"aku tak pernah bermimpi tuk tidur dalam hatimu, puspa. !!"

"kata-kata mu masih kusimpan rapih.!! Bintang lebih baik dari Aku, dan Dia yang terbaik buat kamu.!!"

Puspa trus berlari menjauhi si penjaga malam, tanpa peduli.

Puspa kembali menangis, dan merobek semua lembar-lembar kasih sayang yang tlah dirasakan.

Dan kembali menangis.

Kebencian puspa begitu mendalam. seakan begitu sulit tuk bisa memaafkan.

Begitu besarnya kah, rasa kebencian mu padaku.. ? pernah kah aku mengeluh puspa.?

"Puspa… , Aku merasa sepi, saat kau jauh dari pelukan. Ku tak lagi bisa menari di atas awan."

"Puspa…, bila ini memang mau mu, berlarilah… dan terus berlari. Dan jangan pernah kau hiraukan Aku lagi. semoga suatu saat kita kan bisa bersatu salam pelukan dan menari di atas awan lagi."

Terima kasih puspa, kau ajari aku bercinta dan menari di atas awan. Kau ajari aku, tuk bisa mengerti seorang wanita. Mengerti akan seorang wanita angkuh sepertimu.

"Puspa… , berikan aku kekuatan tuk bisa melupakanmu." walau sulit bagi ku.

Melupakanmu sama sulitnya, bagai mengingat seseorang yang tak pernah ku kenal.

Sudahlah.. jangan kau hiraukan air mata yang tlah jatuh. Aku adalah aku. ku kan tetap menjadi Penjaga Malam yang terus berjuang mengejar matahari. Seorang kesatria yang kan menebas parasit-parasit kebencian tuk menebar bunga kedamaian sebagai seorang Arya Kamandanu. Karena aku.... aku masih ingin bercinta.

Kini tubuhku melunglai, umpat ku dalam hati.

Kau tak bisa kucintai, kau hanya ku kagumi.

***

Spesial thx to : Kit Rose, yang mendorong ku tuk menulis sepenggal cerita seorang Penjaga Malam. Dan atas ijinnya menggunakan nama Puspa sebagai duplikat dari seorang “sephia”. Mariska Lubis, yang mengajari ku bagaimana cara menulis. Bagindang dan Permaisuri yang penuh kearifan dalam memimpin Negeri Ngotjoleria. Para Panglima, Adipati dan para Punggawa sampai Prajurit-prajurit Kompasianer yang gagah berani, terus berjuang tanpa henti. Because of you, you are my inspiration.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun