Kesenian di Indonesia sendiri tentunya sangat beragam, mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas dan tentunya keberagaman kebudayaan yang ada di negara kita sangat melimpah. Keberagaman yang ada mulai dari seni lukis, seni tari, seni pahat dan seni musik.Â
Salah satu kesenian yang ada di Indonesia di wilayah Jawa Timur tepatnya di Kabupaten Tulungagung yaitu Reog Kendang. Tarian dari wilayah ini sudah ada dan berkembang sejak tahun 1978. Tari tradisional ini berupa arak-arakan raja pada kerajaan zaman dahulu.
Asal-usul Reog Kendang sendiri menurut beberapa sumber sejarah merupakan gambaran dari arak-arakan prajurit Kedhirilaya tatkala mengiringi Ratu Kilisuci ke Gunung Kelud, untuk menyaksikan dari dekat hasil pekerjaan Jathasura, sudahkah memenuhi persyaratan yang telah diberikan atau belum menyelesaikannya.Â
Namun sebenarnya Ratu Kilisuci sendiri tidak suka dengan Jathasura itu sendiri. Ratu Kulisuci tidak ingin dinikahi sehingga ia menolak secara halus dan memanfaatkan Jathasura dalam pekerjaan tersebut.Â
Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa kesenian reog kendang dari Tulungagung ini dibawa gemplak atau para pemain kuda lumpling dari Reog Ponorogo Kadipaten Sumoroto, Kauman, Ponorogo ke Tulungung di zaman kolonial Belanda. Kedatangan para gemplak ke Tulungagung ini, untuk bekerja sebagai buruh di industri marmer yang ada di Tulungagung.
Adapun pembelajaran yang dapat diambil dari makna dari simbol-simbol yang terdapat didalam tarian reog kendang ini, yaitu:
- Pantang Menyerah
Sifat pantang menyerah ini dikisahkan dalam perwujudtan dari tarian ini yang menggambarkan betapa sulitnya perjalanan yang harus mereka tempuh, betapa berat beban perbekalan yang harus mereka bawa, sampai terbungkuk-bungkuk, terseok-seok, menuruni lembah-lembah yang curam, menaiki gunung, bagaimana mereka mengelilingi kawah, sampai menuju kemenangan dari sang putri. Hal ini semua dapat  terwujud karena kegigihan para prajurit yang pantang menyerah dalam menghadapi semua rintangan yang terjadi.
- Rela Berkorban
Sifat selanjutnya yaitu rela berkorban, hal ini dapat dilihat dalam kisahnya, ketika "Sang Puteri" terjatuh masuk kawah, disusul kemudian dengan pelemparan batu dan tanah yang mengurug kawah tersebut, sehingga Jathasura yang terjun menolong "Sang Puteri" tewas terkubur dalam kawah, akhirnya kegembiraan oleh kemenangan yang mereka capai. Kemenangan ini juga tidak luput dari pengorbanan para prajurit dalam menghadapi semua rintangan
- Persatuan dan Kesatuan
Persatuan dan kesatuan digambarkan dalam gerakan tari yang sangat serempak, mulai dari langkah-langkah kaki yang serempak meskipun dengan berbagai variasi, gerakan-gerakan lambung badan, pundak, leher dan kepala, sedang kedua tangannya sibuk mengerjakan dhodhog yang mereka gendong dengan mengikatnya dengan kain selendang yang menyilang melalui pundak kanan. Tangan kiri menahan dhodhog tersebut memberi irama yang dikehendaki, meningkahi gerak tari dalam tempo kadang cepat kadang lambat. Demikan tari ini kaya symbol-simbol yang mereka ungkapkan lewat tari mereka yang penuh dengan ragam variasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H