Mohon tunggu...
aryafisabilillah
aryafisabilillah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Sedang Belajar

Selanjutnya

Tutup

Seni

Sejarah Reog Ponorogo serta 4 Babak dalam Pertunjukannya

29 November 2024   20:28 Diperbarui: 29 November 2024   22:06 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Shutterstock

Apa Itu Reog Ponorogo?

Mengutip laman Disbudparpora Ponorogo, Reog Ponorogo adalah bentuk tarian komunal dan dikemas sebagai pertunjukan sendratari. Di dalam tarian ini terdapat penari topeng yang menyerupai harimau berukuran besar dengan hiasan bulu ekor merak. Beberapa penari lainnya mengenakan kostum raja, panglima perang, kesatria dan prajurit yang menunggang kuda.
Seni ini melibatkan beberapa penari yang memiliki peran dalam alur cerita. Adapun penari yang menjadi ikon dari pertunjukan ini adalah pembarong yang menari membawa dadak merak dengan cara digigit di mulutnya.

Sejarah Reog Ponorogo

Menurut cerita rakyat, kesenian Reog Ponorogo sudah ada sejak zaman kerajaan Kediri sekitar abad XI Masehi. Mengutip laman Kemdikbud, wilayah Ponorogo dahulu bernama Wengker.
Kala itu berdirilah kerajaan bernama Bantarangin yang diperintah oleh seorang raja yang adil bijaksana dan masih muda, namanya Prabu Kiana Sewandono. Raja Bantarangin mempunyai seorang patih yang pandai dan sakti bernama Pujangga Anom.
Suatu hari, Prabu Kiana Sewandono bermimpi berjumpa dengan seorang putri cantik bernama Putri Songgolangit dari Kerajaan Kediri. Seketika, Prabu Kiana Sewandono jatuh cinta.


Dia mengutus Patih Pujangga Anom melamar Putri Songgolangit. Putri Kerajaan Kediri itu pun bersedia menerima lamaran Prabu Kiana Sewandono, asalkan Sang Prabu mempersembahkan sebuah pertunjukan yang belum pernah ada.
Patih Pujangga Anom akhirnya menemukan ide pertunjukan, yaitu memanfaatkan Raja Singo Barong yang dikalahkan oleh Prabu Kiana Sewandono. Menurut cerita, Raja Singo berkepala harimau dan di atasnya bertengger burung merak.
Dengan ditambah bunyi-bunyian, maka jadilah iring-iringan Prabu Kiana Sewandono dan Prabu Singo Barong tersebut menjadi pertunjukan yang dikehendaki oleh Putri Songgolangit. Iring-iringan itulah yang kemdian disebut sebagai kesenian reog seperti yang dapat disaksikan sekarang.

Pada awalnya reog dipraktikkan dan berkembang di Desa Sumoroto, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, kemudian menyebar ke seluruh kecamatan dan desa di wilayah Kabupaten Ponorogo. Reog juga berkembang dan tersebar di sebagian besar provinsi di Indonesia, seperti Jawa Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Lampung, Riau, Kalimantan Timur, Bengkulu, Jambi, Papua, Papua Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Banten, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Barat. Reog Ponorogo juga diketahui berkembang di beberapa negara seperti Amerika, Belanda, Korea, Jepang, Hongkong, dan Malaysia.

Pementasan Reog Ponorogo

Pertunjukan Reog Ponorogo tersaji dalam empat babak. Berikut penjelasan di setiap babaknya.

1. Babak Pertama

Pada babak pertama, jenis tarian yang muncul yaitu jaranan atau jathilan. Pada babak ini, terkadang muncul tokoh Penthul-Tembem yang ikut menari dengan gerakan melucu. Lalu datang prajurit yang menggambarkan latihan perang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun