Media sosial saat ini memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan berbagai kalangan di masyarakat. Tanpa terkecuali, mulai dari masyarakat kalangan atas hingga bawah, kalangan orang tua, remaja, bahkan sampai anak anak. Hampir semuanya sudah tidak asing lagi dengan berbagai platform media sosial, seperti contohnya ada Instagram,Â
twitter, facebook, dan lain sebagainya. Media sosial saat ini sudah menjadi tempatnya persebaran informasi secara cepat dan hampir tanpa ada batasan. Semua orang bisa mengaksesnya dengan mudah kapan saja dan dimana saja asalkan memilikiÂ
smartphone, dan data internet. Kemudahan dan kebebasan akses ini lah yang mampu menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat dengan sangat cepat dan tidak jarang juga membawa kepada arah perubahan yang berdampak buruk
 bagi penggunanya maupun ke masyarakat sekitarnya. Informasi yang dengan bebas beredar di berbagai platform media sosial tersebut tanpa disadari mampu membawa perubahan secara signifikan apabila tidak dicerna dengan baik dan bijakÂ
oleh penerima informasinya. Penggunaan sosial media tersebut saat ini didominasi oleh masyarakat di kalangan remaja yang masih berkembang pola pikirnya. Seringkali para remaja ini mengonsumsi informasi secara mentah mentah tanpaÂ
berpikir lebih krtits untuk mengolahnya lebih dalam lagi, sehingga mereka terjerumus dalam dampak buruk media sosial. Banyak remaja yang menganggap bahwa informasi dalam media sosial, adalah informasi terkini yang apabila terlewatkanÂ
akan membuat mereka merasa tidak keren dan ketinggalan zaman, dan untuk beberapa kasus bahkan mereka akan merasa terkucilkan karena ketinggalan informasi tersebut. Itulah gejala awal dari para remaja ini dalam mengalami suatu keadaan yang disebut FOMO (Fear of Missing Out) karena mereka merasa ketinggalan atau tidak bisa mengikuti perkembangan zaman sehingga mereka mengalami perasaan stres.
FOMO sendiri merupakan sebuah akronim dari kata dalam bahasa Inggris yaitu Fear Of Misissing Out yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah ketakutan karena ketinggalan sesuatu. Menurut Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) dalam Instagramnya menuliskan bahwa FOMO ini adalah suatu bentuk kecemasan yang muncul dikarenakan adanyaÂ
perasaan tertinggal oleh sesuatu yang baru. Secara umum FOMO dapat diartikan dengan perasaan takut yang muncul karena kehilangan momen. Penggunaannya adalah ketika mendefinisikan saat ada orang lain yang merasakan kesenanganÂ
atau pengalaman yang lebih baik dari dirinya, sehingga mendorong mereka untuk melakukan hal yang sama juga. Pada kalangan remaja, FOMO adalah suatu hal yang biasa, karena mereka menganggap mengikuti informasi yang tersebarÂ
di media sosial adalah hal yang kekinian dan itu dianggap "keren" apabila bisa mengikutinya. Sebaliknya jika mereka tidak melakukan atau mengikuti informasi tersebut mereka akan dianggap ketinggalan zaman dan mereka akan merasa cemasÂ
akan hal itu dan mereka takut untuk dianggap tidak "keren" karena ketinggalan untuk hal yang baru tersebut. Pada suatu kasus yang terparah dalam FOMO ini yaitu tewasnya remaja FA (13) di Bekasi karena tertabrak truk saat ingin melakukan
 sebuah tantangan yang sedang trend di platform media sosial bernama TikTok. Jadi singkatnya trend ini melakukan aksi dengan melompat kedepan untuk menghadang truk yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi, dengan harapan supir trukÂ
akan melakukan rem secara mendadak dan membelokkan truknya, kemudian remaja ini kabur begitu saja. Aksi ini di TikTok dinamai dengan `Challenge malaikat maut` yang merupakan konten yang sedang viral dan banyak dilihat pada saat itu.Â
Hal itu membuktikan bahwa FOMO bisa membawa petaka apabila mampu membuat remaja melakukan tindakan yang sangat tidak masuk akal hanya untuk terlihat "keren" karena mampu melakukan sesuatu yang sedang menjadi trend.Â
Dari contoh kasus tersebut ada hikmah yang bisa kita ambil yaitu adalah untuk mengenali FOMO itu sendiri dengan lebih dalam, mengenai apa saja gejala, dampak, dan cara mengatasinya supaya kita dapat terhindar dari bahayanya dan akan lebih baik lagi jika kita bisa memberi edukasi pada remaja sekitar kita supaya tidak FOMO terhadap persebaran informasi di media sosial.
Dalam menyikapi perkembangan informasi yang sangat cepat di sosial media seringkali para remaja ini sangat kurang kritis dan akhirnya menunjukkan adanya gejala bahwa mereka sudah terjangkit FOMO, seperti contohnya mereka memiliki kegiatan dalam media sosial yang tinggi sehingga mereka banyak menghabiskan waktu berharga mereka hanya denganÂ
melihat gadget dan membuang waktu, kemudian gaya hidup mereka yang serba cepat tidak mau repot, selalu berkata iya karena merasa "gengsi", memiliki tingkat kepuasan hidup yang rendah karena sering melihat kemewahan yang disebarÂ
oleh orang lain di media sosial sehingga mereka merasa iri hati, terlalu memikirkan opini orang lain di media sosial sehingga di kehidupan nyata mereka masih merasa terbebani dengan pikirannya, selalu ingin diperhatikan dengan semua yang dia lakukan, dan merasa terkucilkan bila ketinggalan trend.
Selain gejala yang ditimbulkan, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa FOMO menghasilkan berbagai dampak negatif. Seperti dalam penelitian yang telah dilakukan di Carlton and McGill University mengungkapkan bahwa FOMO adalah hal yang sangat melekat dengan emosi negatif dan stres, bahkan penelitianÂ
meyakini bahwa mereka sering kurang tidur dan mudah merasa lelah. Dalam artikel lain yang dipublikasikan Computers and Human Behavior menemukan bahwa FOMO menyebabkan orang untuk hidup dengan merasa kurang memuaskan,Â
hal ini berkaitan dengan penggunaan smartphone dan media sosial yang semakin meningkat. Selain itu, potensi untuk melakukan perilaku yang tidak sehat juga meningkat. Contohnya, tidak fokus saat melakukan pekerjaan, pikiran semakin tidak jernih, bahkan membahayakan nyawa seseorang.
Setelah mengetahui dampak buruk dari FOMO, ada beberapa hal yang sebaiknya kita lakukan supaya terhindar dari hal tersebut dalam menjalani kehidupan sehari hari dengan perasaan yang nyaman tanpa kecemasan. Contohnya:
- Menggunakan media sosial secukupny dengan bijak supaya tidak terkena dampak buruknya dan waktu kita terbuang buang.
- Mengatur aktivitas dalam sehari hari dan membatasi jam penggunaan gadget.
- Berhenti membandingkan diri dengan orang lain yang berada di sosial media.
- Fokus pada diri sendiri dan proses yang kita lalui.
- Mencerna informasi dengan lebih kritis dan tidak mudah percaya dengan informasi yang ada di sosial media.
- Mensyukuri segala hal yang kita miliki.
Beberapa hal penting harus kita perhatikan adalah untuk tetap fokus pada pencapaian diri sendiri dan menjadikan pencapaian orang lain sebagai motivasi untuk sukses, bukan sebagai perbandingan yang membuat semakin iri dan stress. Jadi, bijaklah dalam menggunakan sosial media.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H