Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Good or Bad, It is Bola Indonesia - Catatan Tepi 1997/2023

15 Mei 2023   21:28 Diperbarui: 15 Mei 2023   21:33 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar TV anteve

Saya tak dapat memasuki bangku lingkar lapangan stadion, begitu juga dua bule yang terus nekad merangsek masuk. Masa itu Hooligans memang masih menjadi trend di sepakbola inggris dan mungkin mereka sudah terbiasa dengan situasi itu.

Saya baru bisa masuk kedalam stadion setelah babak pertama usai. Kerusuhan sempat terjadi ditribun penonton, tak ada perkelahian tetapi bangku-bangku kayu sengaja dibakar karena penonton kecewa karena kesebelasan Indonesia tertinggal 1 gol dan tak kunjung melesakkan goal balasan ke gawang Thailand. Kerusuhan itu sedikit membuka jalan bagi saya untuk bisa masuk dan duduk dibangku stadion yang masih aman.

Indonesia membalas satu goal lewat kaki Kurniawan Dwi Yulianto tetapi laga berakhir seri dan Thailand memaksa perpanjangan waktu lalu terjadi adu penalti, sesuatu yang tak diinginkan oleh sekian ratus ribu penonton di GBK.

Petasan menggelegar diseantero stadion, botol botol minuman beterbangan dan itulah resiko tontonan gratis di sepakbola, penonton dari latar belakang apa saja bisa memasuki stadion.

Dalam adu penalti, pemain Indonesia kelihatan gamang dan dalam tekanan penonton termasuk saya diantaranya.  

Ujungnya Indonesia kalah 5-3, goal dua pemain Indonesia melambung jauh keatas gawang.  Seluruh pemain apalagi penonton kecewa. Bangku stadion kembali membara. Thailand juara tapi tak berani berpesta lama karena akan memancing kemarahan 110 ribu orang.

Mereka segera bergerak keruang ganti menghindari tekanan penonton yang kecewa , marah dan frustasi.

Thailand adalah rival abadi, bukan Vietnam. Besok Kurniawan dan Bima Sakti akan mengulang sejarah di kamboja. Dulu sebagai pemain dan kini sebagai pelatih, tinggal sejarah nantinya yang akan berjalan seperti apa tak ada yang tahu.

Ada teman yang bertanya kepada saya kenapa masih aja berharap bisa menang lawan Thailand..gak mungkin itu?

Saya cuma jawab dalam hati: "Selama yang main merah putih, saya selalu siap menang dan juga kalah. Untuk itu saya selalu hadir di stadion dimana mereka bermain"

Siap-siap saja, kalah sudah biasa, menang baru luar biasa. Hanya sayangnya saya gak bisa mengulang untuk berada di stadion bersama Timnas Garuda. Phnom Penh Jauuuh....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun