Kali ini soal Indonesia. Negeri dimana semua perjalanannya ditentukan oleh Yang Maha Kuasa, termasuk urusan sepakbolanya.
Kemerdekaan Indonesia memang sudah dirancang sejak pemuda-pemudi daerah punya keinginan bersatu dan juga perang gerilya yang bersifat lokal memang memberi kontribusi.
Tetapi ndilalah kemerdekaan bisa terwujud lebih cepat begitu Gusti Allah membuat keputusan soal kondisi Global international. Andaikan Belanda nggak diusir oleh Jepang dan tiga tahun kemudian jepang nggak kalah di Nagasaki dan Hiroshima mungkin Indonesia tetap masih menyandang sebutan inlander.
Belanda berusaha njengking-njengking coba masuk lagi tetap nggak bisa kembali. Sampai Indonesia diakui kemerdekaannya puluhan tahun kemudian. Ngelihat perjalanan bangsa ini sehabis merdeka rasanya bisa sampai ditahap hari ini aja kita sudah bersyukur Alhamdulillah.
Oktober tahun 1985 Ada seorang ahli mikrobiologi bernama Pratiwi Sudarmono. Ia lulus dalam program NASA STS-61-H dan dirancang untuk jadi atronot pertama dari Republik Indonesia. Kita yang jadi rakyat Indonesia rasanya bangga punya orang keren yang bakal jadi Astronot, manusia Antariksa yang negara lain belum banyak yang punya. Saking salutnya, di SMA saya kok jadi ikut-ikutan masuk jurusan Biologi supaya ikutan bisa jadi astronot.
Tiga bulan kemudian, Januari 1986 Gusti Allah bikin keputusan besar, Jeggeeeer.....Pesawat ulang alik Chalanger milik NASA meledak di udara, tujuh astronotnya tewas tak bersisa. Berikutnya...sampai hari ini Indonesia belum punya Astronot.
Pak Harto pernah punya niat tinggal landas di Pelita ke-5, Indonesia bakal jadi macan asia, rakyatnya akan gemah ripah loh jinawi dan masuk jadi negara maju. Semua rencana bubar jalan. Â Soeharto terjungkal bukan murni karena rakyatnya memberontak tetapi lagi-lagi Gusti Allah bikin skenario global dimana George Soros mengobrak-abrik mata uang rupiah menjadi serendah-rendahnya nilai yang pernah ada sepanjang sejarah. Â Tinggal landas kala itu menjadi...Zonk.
Meskipun Indonesia sudah puluhan tahun nggak pernah juara sepakbola level international, kompetisi dan cara mainnya mirip dagelan Petruk Gareng. Penunjukkan Indonesia jadi Tuan rumah Piala dunia U-20 rasanya bikin penggemar bola bungah senang banget. Gimana nggak, ini helatan nomor dua FIFA setelah piala dunia sepakbola yang sesungguhnya.
Stadion dibangun, manusianya disiapkan, promosinya gede-gedean, bandara dibikin oke. Begitu menjelang pelaksanaannya ditahun 2021, wabah covid-19 merajalela. Indonesia dan rakyatnya harus menunda dan nunggu dua tahun lagi untuk melaksanakannya. Ya sudahlah, sekali lagi Gusti Allah punya mau.
Belajar dari nasib lewat serangkaian konspirasi global Gusti Allah selama ini, saya sebetulnya nggak seantusias seperti ketika rencana tahun 2021 masih ON. Materi pemain anak muda pemain Timnas U20 kala itu rasanya bikin optimis, lumayan jago-jago. Tetapi karena waktu terus berjalan, usia mereka sudah nggak bisa lagi masuk kategori U-20 dan harus digantikan adik-adiknya yang lebih muda apalagi waktu itu yang namanya Zionis Israel nggak lolos kualifikasi  piala dunia sehingga mereka nggak berhak jadi peserta. Amaan.