Penghentian usaha evakuasi KM Sinar bangun yang tenggelam di Danau Toba akhirnya diputuskan oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat atas rekomendasi teknis Basarnas dan disetujui sebagian dari Keluarga Korban.Â
Terlepas dari polemik yang bersifat politis dimana seluruh gerbong oposisi nampak menghujani kritikan kepada Pemerintah paska berlangsungnya perdebatan antara Ratna Sarumpaet dan Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan. Selaku praktisi teknik pekerjaan bawah air, saya sedikit ingin mencoba menyampaikan gerangan apa sebenarnya yang kita hadapi dengan KM Sinar Bangun yang terakhir ditemukan sosoknya di kedalaman minus 450 meter.
Teknologi pekerjaan bawah air yang sering disebut Underwater Work Technology saat ini telah berkembang pesat bahkan manusia dapat menyelam pada kedalaman ratusan meter dengan teknologi yang bernama Saturation Diving, namun penyelaman ini tidak bisa dilaksanakan sembarangan karena dibutuhkan penyelam yang professional dan peralatan yang cukup rumit bahkan bagi penyelam biasa sekalipun. Sebelum berkutat pada teknik penyelaman mari kita susuri dulu perihal bagaimana sebetulnya karakter air terkait dengan kedalamannya?.
Bila sedikit mengetahui pengetahuan alam, kita akan tahu bahwa di permukaan bumi atau air, tekanan yang kita hadapi atau miliki adalah sebesar 1 Atmosfir atau 1 Bar atau 14.5 Psi. Ditekanan normal itulah biasanya manusia hidup tanpa alat bantu dengan menghirup oksigen sebesar 20%, Nitrogen 79% dan Gas lain 1 %.
Dalam setiap 10 meter kedalaman air tawar seperti di danau toba  tekanan dinding air akan meningkat 1 Bar atau 14.5 PSI dan semakin dalam maka tekanan air akan bertambah linier dalam setiap kedalaman 10 meter. Jadi bila kedalaman danau toba tempat KM Sinar Bangun bersemayam saat ini adalah  450 meter maka tekanan dinding air disana adalah sebesar 45 bar atau 652 PSI atau 45 kali lipat lebih dari tekanan yang kita hadapi dipermukaan air atau bumi. Ini sama dengan 4500% lebih tinggi dari tekanan normal.
Lantas apa yang terjadi dengan benda atau mahluk hidup yang tiba-tiba tenggelam dalam kedalaman 450 meter tersebut?.
Jika tiba-tiba tenggelam tanpa ada proses penyesuaian kedalaman seperti halnya yang dilakukan oleh ikan yang biasa hidup dibawah air maka benda atau mahluk hidup tersebut sama dengan dimasukkan kedalam panci presto yang mengalami 45 kali lipat tekanan normalnya. Perlu diketahui panci presto normal dengan perlakuan panas dan tekanan yang normal digunakan untuk melunakkan daging adalah hanya 2 kali lipat atau 200% dari tekanan normal dan hal itu cukup untuk melunakkan tulang agar bisa mudah dikunyah dan dimakan. Beberapa bahkan bisa menghancurkan tulang.
Tekanan dinding air inilah yang dihadapi oleh Basarnasmaupun penyelam dalam proses evakuasi. Manusia dengan peralatan yang ada selain saturation diving hanya mampu menyelam dengan selamat pada maksimum kedalaman 55 meter saja dan itupun dilakukan modifikasi pencampuran gas hirup yang ada pada tabung dengan mengganti Nitrogen menjadi Helium untuk dicampur dengan oksigen.
Itulah makanya Basarnas dan BPPT menggunakan mesin bernama ROV -- Remotely Operated Vehicle, sebuah alat berbentuk mesin yang dilengkapi baling-baling disemua sisinya dan dipasangi kamera serta beberapa peralatan untuk melakukan penggenggaman sederhana menggunakan lengan robotic yang bisa dioperasikan melalui kabel dari permukaan. Alat ini mirip dengan Drone di udara yang bisa mengapung karena baling-baling disemua sisinya mampu menstabilkan gerakannya didalam air pada kedalaman yang diinginkan.
Dengan  ROV inilah posisi KM Sinar bangun ditemukan didasar danau berikut dengan citra dari kamera yang menggambarkan keadaan dibawah air yang gelap gulita yang tak tertembus sinar matahari.