Sejak tahun 1962, siapapun juara dunia sepakbola tidak ada satupun yang mampu mempertahankan dan mengulangi titel juaranya pada gelaran piala dunia berikutnya. Begitulah kutukan malam tadi berlaku juga pada Der Panzer, julukan Tim unifikasi Jerman Barat dan Jerman Timur, sang kampiun Piala Jules Rimet tahun 2014.
Dengan persaingan group F yang menempatkan tak satupun tim dengan jaminan lolos kebabak berikutnya, segala prediksi pengamat sepakbola tidak lagi terfokus pada kekuatan tim, melainkan kembali berbicara statistik sepakbola dimana kutukan pemegang titel juara dunia akan mengalami rekor kesialan yang tak terpecahkan sejak 56 tahun lamanya.
Banyak yang menduga bahwa persiangan seru untuk lolos ke babak enam belas besar ada pada pertandingan di Group E, dimana tim samba Brazil, Serbia, Costa-rica dan Swiss akan saling menjegal satu sama lain. Ada nama Brazil dalam group ini yang tidak pasti aman jika mereka kalah dari Serbia. Nyatanya persaingan di babak akhir group E ini berlangsung datar-datar saja. Brazil tetap menjuarai group dan Swiss mendampinginya.
Superioritas tim jerman atas tim Asia sama sekali tidak terlihat tadi malam. Pasukan Taeguk menyuguhkan drama korea luar biasa yang melelehkan air mata pendukung Jerman di bangku stadion dan dibalik layar kaca televisi.Â
Der panzer kelihatan jauh dari jati dirinya yang terbiasa merangsek dengan kekuatan besar mesin diesel. Mereka justru menjadi tim dengan pola tiki-taka yang membosankan terutama ketika masuk ke sepertiga daerah pertahanan Korea. Umpan-umpan pendek mewarnai serangan ke gawang Kaisar Taeguk dan meriam Der panzer luluh lunglai mendapatkan pertahanan yang tak mampu mereka terobos.
Tak ada terobosan cepat ala Karl Rummenigge, tendangan volley ala Rudi Voller, sepakan dahsyat ala Lothar Matheus dan pengaturan serangan ala sang kaisar Franz Beckenbauer. Yang ada mereka meniru liukan Barcelona dan berubah menjadi tim Tango yang lamban dari Eropa.
Alam semesta telah menghukum Jerman dan hanya sekali memberikan previllege atas nama besar mereka ketika mendapatkan goal pamungkas di injury time saat melawan Swedia di laga kedua.Mereka kini harus kembali ke Berlin dengan catatan buruk, sebagai Juru Kunci Group F, sesuatu yang memalukan selayaknya kekalahan mereka di akhir Perang dunia ke-2.
Entah bagaimana Tuhan merancang kehidupan dunia ini, yang pasti Dia kerap memberikan ketetapan yang Ajeg dalam satu catatan ketidak beruntungan yang sering diterjemahkan sebagai Kutukan. Modal Nama besar, keturunan, sekian banyak pendukung seringkali tetap sia-sia jika harus berhadapan dengan hal yang bernama Kutukan sang Juara.
Drama Korea dari pertahanan Cho Yun Woo yang digelar di Kazan Arna telah memaksakan skenario yang buruk bagi Tim Berlin untuk hengkang lebih awal dari Russia. Semua kutukan ini tercipta berawal dari hilangnya jati diri tim Jerman, mereka tak lagi sebuah Panzer yang perkasa dan harus kehilangan dua rodanya tadi malam dari tim korea (0-2)
Maka sepakbola menasehati pada kita: jadilah diri sendiri jika mau jadi Juara dunia, jadi Walikota, jadi Gubernur atau jadi Presiden sekalipun. Jika tidak Kutukan kekalahan akan terkonfirmasi pada hasil yang ada.
Adios Amigos Der Panzer!!