[caption id="attachment_166581" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Hari ini 27 January, 31 tahun yang lalu di Perairan Masalembo , Tragedi memilukan menimpa KMP Tampomas II yang selama dua hari berjuang mengatasi terbakarnya seluruh kapal yang menjalar dari ruang mesin. Sejumlah 1054 penumpang resmi , 89 awak , ditambah 388 penumpang tak terdaftar kalang kabut diatas kapal manakala api menjalar keseluruhan bagian deck sementara jumlah sekoci dan life vest tidak sebanding dengan jumlah penumpang. Kapal saat itu sedang dalam perjalanannya dari Tanjung Priok Menuju Ujung pandang. Selama berminggu-minggu di awal tahun 1981 itu Rakyat Indonesia di suguhi cerita memilukan manakala setiap penumpang memiliki cerita masing masing mulai dari kengerian melihat tubuh terpanggang deck kapal yang panas bagai wajan karena api yang menyala dibawahnya, hingga peluncuran sekoci yang dikomando oleh kepentingan egoisme tiap penumpang, penghianatan tanggung jawab dari mualim II dan Markonis II, sampai ada juga kisah keheroikan captain kapal Abdul Rivai . Sesungguhnya tragedi ini dimulai pada tanggal 25 jaunari pukul 20:00, dimana ruang engine KMP Tampomas II mengalami kebocoran bahan bakar dan hal ini diperburuk dengan menyalanya api dari sebuah puntung rokok di ruangan ini. Kapal yang saat berlayar tidak dilengkapi dengan crew yang lengkap dimana Mualim I dan Markonis I tidak ikut berlayar karena cuti dan tanpa pengganti mengalami kepanikan tatkala seluruh crew yang ada tak mampu membendung besarnya api dengan peralatan yang ada. Keanehan terjadi ketika kebakaran ini perlahan melahap seluruh tubuh kapal dalam kurun dua hari ,tak ada satupun pesan darurat yang dikirim oleh awak kapal mengenai kondisi sebenarnya diatas kapal. Radio komunikasi yang rusak menjadi alasan mengapa berita itu tak terkirim bahkan kepada kapal yang melintas disekitar perairan itu. Ditengah kendali politik yang sarat dengan peredaman berita yang menganggu stabilitas Negara, musibah yang menimpa kapal buatan tahun 1956 yang dikelola oleh PT PELNI ini tidak dilakukan dengan semestinya. Berita dari petugas PELNI di ujung pandang menyatakan bahwa mereka mendapat kabar dari Jakarta bahwa kapal KMP Tampomas II saat musibah terjadi di kabarkan hanya mengalami kerusakan kecil dengan kebakaran yang dapat dikendalikan dan sedang melepaskan jangkarnya dilaut untuk perbaikan sementara. Sehingga upaya luar biasa tidak dilakukan semestinya mengingat bahaya yang digambarkan tidak dalam kondisi harus segera ditangani. Dalam berita yang teredam sempurna , ternyata diatas kapal terjadi drama yang luar biasa. Penumpang yang melebihi kapasitas selama dua hari menanti bantuan dihadapkan pada kondisi cuaca yang demikian buruknya, sejumlah awak kapal pergi meninggalkan kapal beberapa jam setelah kejadian tanpa memberikan bantuan kepada ribuan penumpang mengenai cara melepaskan sekoci maupun mengenakan jaket pelampung. Ketika deck bawah terbakar hebat, api memanaskan deck diatasnya dan sebagian penumpang yang berlari tanpa alas kaki akhirnya terjebak dengan tapak kaki yang lengket pada deck kapal yang panas bagai penggorengan. Jeritan penumpang yang terbakar bahkan membuat saksi mata yang melihat trauma ketika memberikan keterangan kepada para wartawan beberapa hari setelah mereka diselamatkan. Kisah perolehan kapal yang disinyalir banyak orang penuh rekayasa, dimana kapal ini sebetulnya sudah akan di perlakukan sebagai scrapt (Besi rongsokan) oleh pihak jepang ternyata menjadi pilihan PT PELNI utnuk mereka operasikan dengan persetujuan DPR kala itu. Pelayaran perdananyapun diikuti oleh anggota Parlemen orde baru dan dipenuhi dengan peristiwa gagalnya beberapa fungsi kapal. Kisah heroik di petik dari saksi mata akan kepahlawanan Captain Abdul Rivai, dimana ia memegang teguh janjinya untuk berada diatas kapal , menyelamatkan semua orang yang ada di atas kapal sampai orang terakhir. Ia dengan gagah berani mengarungi api yang membakar kapalnya seraya membagi peralatan keselamatan kepada penumpang yang menjadi tanggung jawabnya. Ia begitu murka mengetahui Anak buah kapalnya melarikan diri meninggalkan para penumpang yang kebingungan bagaimana cara menyelamatkan diri. Beberapa kapal seperti KM Sangihe yang kebetulan melintas diperairan masalembo tidak mendapatkan signal bahaya dari KMP Tampomas II karena mungkin para awak kapal sudah sibuk menyelamatkan diri masing masing. Sampai kapal KMP Tampomas II miring 45 derajat , Captain Abdul Rivai masih Nampak gagah mengiringi kapalnya yang perlahan tenggelam, ia masih memastikan upaya terakhir untuk menyelamatkan sejumlah penumpang yang menjadi tanggung jawabnya dengan berpegang pada struktur bridge kapal. Tengah hari tanggal 27 january 1981, KMP Tampomas II hilang sempurna di telan ganasnya perairan maselambo jawa timur , kapal ini mengubur 288 penumpang di deck bawah dan menelan Nakhodanya sendiri Captain Abdul Rivai yang akhirnya sempat dikuburkan sebagai jenazah yang tak dikenal di sebuah pulau. Ia dikenali istrinya lewat cincin yang dipakai dan makamnya dipindahklan ke Taman Makam Pahlawan . Ketika itu nama Captain Abdul Rivai begitu harum , hingga saya yang masih duduk di sekolah dasar pun meminta ayah saya untuk membelikan baju putih dan celana putih dengan topi kapten kapal putih , untuk menghormati captain Rivai  sebagai Nakhoda kapal yang gagah berani dan sebagai Pahlawan yang saat itu saya teladani. Sejumlah 288 orang hilang bersama kapal , 143 orang ditemukan tewas mengapung dan terdampar di sekitar kepulauan Masalembo termasuk jasad captain Rivai , dan 753 penumpang diselamatkan dalam drama 30 Jam yang mencekam termasuk 5 hari drama bagi sekoci yang mengapung dilautan mengantar penumpang yang selamat kedaratan terdekat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H