Mohon tunggu...
Bonifasius Aryadi
Bonifasius Aryadi Mohon Tunggu... -

Laki2 saat ini bekerja disebuah perusahaan MNC disemarang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kualitas para politisi

12 Oktober 2015   12:56 Diperbarui: 12 Oktober 2015   12:56 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kondisi punya kuasa ini membuat sebagian anggota PDIP dan koalisnya menjadi arogan sehingga tidak mau melakukan kajian2 mendalam tentang dampak buruk dari tindakan2 yang akan dan sudah dilakukan karena mereka sudah dikuasai dengan kesombongan sehingga menjadi pongah dan ini terlihat dari sikap sebagian anggotanya yang tetap akan melanjutkan revisi RUU ini bahkan dengan target sampai akhir Desember harus selesai.

Apakah PDIP tidak belajar pada saat dihukum oleh rakyat pada pemilu 2004? Apakah arogansi dan kesombongan 1999-2004 yang mengakibatkan kekalahan itu tidak diingat lagi? Apakah hukuman pada Partai Demokrat pada pemilu 2014 tidak dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk tidak menirunya?

Saya ingin bertanya dimana kehebatan para pemikir strategis partai karena ini akan berdampak buruk bagi partai yang sebentar lagi akan mengikuti pilkada serentak tahun ini? Apakah kalian sudah berhitung bahwa rakyat tidak perlu menghukup PDIP dan koalisi pembunuh KPK pada 2019 tetapi pada pilkada serentak akhir tahun ini?

Saya setidaknya sudah berbicara dengan beberapa orang di Solo, Jogja, Semarang dan kami sudah sepakat apabila PDIP tidak memerintahkan anggotanya mencabut revisi RUU KPK yang melemahkan maka kami tidak akan mendukung calon dari PDIP dan bila sebagian besar rakyat berpikiran seperti saya maka PDIP akan melihat hukuman itu pada hasil pilkada Bupati/walikota 2015 ini.

Kalian sebagi parpol begitu mudah lupa namun saya dan sebagian rakyat tidak lupa dan itu sudah terbukti pada kekalahan telak PDIP tahun 2004 dan PD pada 2014. Apakah anda akan mengulanginya lagi terperosok dilobang yang sama? Ada kata bijak mengatakan ‘Terperosok pada lubang pertama kali bisa jadi itu sebuah kecelakaan tetapi terperosok lagi pada lobang yang sama adalah kebodohan”.

Saya menulis surat ini karena benci dengan korupsi namun apabila ada yang setuju dengan korupsi dan mendukung pelemahan KPK maka pilihan tsb saya hormati namun dilubuk hati yang paling dalam saya berdoa agar dibuka nuraninya karena tidak halal menjalani kehidupan ini dari ‘rejeki’ hasil korupsi uang rakyat.

Semoga Tuhan memberkati negara ini dan membuka hati agar para Pemimpin benar2 bekerja dengan tulus untuk kesejahteraan rakyatnya. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun