Mohon tunggu...
Arya DewiAina
Arya DewiAina Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Menginformasikan berita kepada pembaca

.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ragam Kegiatan Pertanian Singkong Babakan Madang

4 Maret 2020   11:56 Diperbarui: 4 Maret 2020   12:06 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lahan Pertanian Singkong di Desa Babakan Madang (dokpri)

Babakan Madang, Kabupaten Bogor (26/02/2020) - Di Indonesia singkong termasuk komoditi utama. Musim kemarau dan hujan membuat para buruh petani banyak mengalami kerugian pada awal tahun 2020 di Indonesia.

Salah satunya adalah Pak Juned (53) seorang buruh tani penduduk asli Babakan Madang di pertanian singkong yang terletak di Jalan Bukit Aladin, Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat.

Beliau bekerja sebagai buruh tani di salah satu lahan yang dimiliki oleh seorang pengusaha bernama Arifinudin. Pak Juned dipercaya untuk mengolah seluruh lahan milik Pak Arifin. Lahan pertanian singkong ini memiliki luas 1 hektar.

Tak hanya mengurus singkong, Pak Juned juga mengurus rumput-rumput liar yang tumbuh di lahan tersebut. Setiap harinya Pak Juned membersihkan rumput liar yang ada di sekitar lahan untuk memberi makan kambing yang dimiliki oleh Pak Lurah.

"Kalau pendapatannya sendiri itu gak tentu kadang turun kadang juga naik, kalo sekarang sedang turun penghasilannya mungkin karna musim hujan juga" ujar Bapak Juned buruh tani di lahan tersebut (26/02/2020).

Selain itu, Kecamatan Babakan Madang ini hanya mengandalkan air hujan saja. Pertanian singkong ini berada di dataran yang tinggi, sehingga tidak mendapatkan pasokan air yang cukup untuk mengairi pertanian singkong tersebut.

Hasil pendapatan karung yang tidak menentu terkadang membuat singkong di distribusikan ke pabrik sagu yang terletak di daerah Ciluar. Pak Juned juga mengakui bahwa hama juga menjadi salah satu faktor penyebab gagal panen singkong. Terutama musim kemarau dan hujan yang tidak menentu menyebabkan Pak Juned mengalami kerugian yang sangat besar.

Pengeluaran awal Pak Arifin Rp. 32.000.000 biaya tersebut yang dikeluarkan dari pembukaan lahan,pupuk/bahan-bahan yang dilakukan untuk persiapan laha, upah buruh. Keuntungan yang didapatkan dalam sekali panen Pak Arifin mendapat 120 ton dan mendapatkan hasil Rp. 84.000.000.

Salah satu ciri singkong yang gagal untuk di panen adalah pohonnya mati dan kemerah-merahan. Penghasilan yang diperoleh dari singkong bisa mencapai 400-500/1 kali panen. Jangka waktu panen singkong dapat terbilang cukup lama, yaitu bisa sampai 13 bulan atau 1 tahun lebih.

Lahan pertanian singkong ini sangat amat berarti bagi Pak Juned, beliau tidak tahu apa yang harus dilakukan apabila terjadi pembangunan di lahan perkebunan singkong tersebut. Harapan para buruh tani ialah hanya ingin sejahtera dan menguntungkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun