"Ora obah ora mamah" (enggak gerak enggak makan) mungkin itu merupakan semboyan yang selalu ditanamkan dipikiran oleh ibu Waginah dan sang suami bapak Supriyatin.Â
Pasangan suami istri ini memilih membuka usaha sendiri untuk menghidupi kebutuhan rumah tangganya, pasutri ini membuka usaha makanan berupa kuliner yang menjadi khas jogja yakni nasi ayam gudeg. Ibu Waginah yakin untuk membuka usaha kuliner karena latar belakang keluarga sosok ibu lima anak ini juga seorang pengusaha makanan, orangtua ibu waginah dulunya juga merupakan seorang pedagang makanan yang cukup dikenal di wilayah kecamatan kretek, kedua orang tua ibu waginah (kini sudah almarhum) dulunya membuka sebuah warung pinggir jalan yang juga menjadi tempat tinggal tepatnya berada di pinggiran jalan parangtritis km23 utara jembatan kretek yang menyediakan bermacam hidangan untuk sarapan pagi seperti bubur, nasi ayam kampung, nasi telur, krecek dan macam macam hidangan pagi lainnya.
Sedari muda memang ibu Waginah sudah sering membantu ibunya untuk melayani pembeli di warungnya, dengan demikian ia sudah cukup paham dan mengerti kehidupan  ketika menjadi seorang usahawan. Ibu Waginah juga bercontoh kepada almarhum ibunya yang bisa dibilang hanya seorang usawahan makanan pinggir jalan namun cukup untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan pendidikan 6 orang anak termasuk dirinya.
Ibu Waginah dan bapak Yatin merupakan tamatan SMU atau sekarang sudah berganti menjadi SMA, Ibu Waginah adalah asli anak Bantul sedangkan sang suami bapak Yatin berasal dari Purworejo. Mereka dipertemukan ketika bekerja ditempat yang sama setelah lulus dari sekolah. Takdir mengantar mereka untuk berjodoh dan menjadi satu keluarga.Â
Tahun 1992 pasangan ini akhirnya mantap melangsungkan pernikahan dan kini tinggal dirumah Gadingharjo yang mereka tinggali sampe sekarang. 2 tahun menikah Allah mengkaruniai pasutri ini seorang anak perempuan yang diberi nama Aprilia Nabella. Sebagai kepala keluarga bapak Yatin merasa harus mencari nafkah lebih banyak untuk menghidupi keluarga kecilnya, ia memutuskan untuk berangkat manjadi TKI selama 2 tahun di negara Taiwan dari tahun 1997 hingga tahun 1999 dan melanjutkan kerja di kampung halamannya. Setahun setelah kepulangannya, mereka kembali mendapat momongan seorang anak laki-laki, dan di tahun 2004 lahirlah seorang anak perempuan untuk kedua kalinya.
Tahun 2005 adalah tahun pertama ibu Waginah dan bapak Yatin mantap untuk membuka usaha mandirinya yakni warung nasi gudeg. Mereka menyewa sebuah kios yang berada tepat didepan pos TPR pantai Depok, Di tahun itu mereka cukup beruntung karena mendapat uang sewa kios yang masih tergolong murah yakni 500 ribu untuk satu tahun sewa.
Minggu pertama warung masih sepi pembeli, alhasil penghasilan mereka tak cukup untuk balik modal. Namun pasutri ini hanya bisa berdoa dan pasrah kepada Allah SWT, mereka yakin bahwa Allah telah mengatur rezeki untuk keluarga mereka.Â
"Saat jualan minggu pertama itu sulit sekali mas, kesabaran saya sama suami diuji sekali saat itu. Gimana ga diuji, satu minggu itu perhari ga nyampe 10 orang mas yang mampir ke warung kita. Sampe ada pikiran di otak saya buat berhenti jualan aja, tapi suami saya saat itu selalu ngeyakinin saya untuk tetap lanjut jualan. Dia cuma bilang gini mas "Sabar mak sek kuat, pasrahke ro Gusti Allah  jenenge wong usaha mesti abot ning ngarep, Insya Allah ono rezeki nggo bocah-bocah" (Sabar bu yang kuat, pasrah aja sama Allah namanya orang usaha pasti berat diawal, Insya Allah ada rezeki buat anak-anak kita). Masuk minggu kedua, satu bulan, dua bulan warung mulai rame pembeli mas, disitu saya percaya bahwa Allah itu selalu ada kalo kita mau sabar dan pasrahin semua kepada-Nya dan saya rasa itu memang rezeki buat anak-anak saya mas. Bersyukur banget mas waktu itu suami bisa ngeyakinin saya, kalo gak ya gatau sekarang saya kerja apa". tutur ibu Waginah menceritakan pengalaman awal membuka usahanya.
 "Pokoknya masa awal-awal buka warung itu ga bakal bisa dilupain mas, itu pengalaman pahit saya sama suami yang saya jadiin pembelajaran sampe sekarang". Imbuh ibu Waginah.
  Setelah 2 tahun membuka warung dipantai Depok, pasangan ini memutuskan pindah didepan pasar angkruk lawas (sekarang jadi taman kuliner). Selain lebih dekat jaraknya dari rumah, lokasi warung ini sangat strategis karena area ini menjadi pusat ekonomi di wilayah Kretek. Jika dihitung, kurang lebih sudah 16 tahun warung gudeg ibu Waginah berdiri. Banyak suka duka yang telah ia lewati selama membangun warung yang menjadi ladang rezeki bagi ia dan keluarganya.