Mohon tunggu...
Arya devandra
Arya devandra Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS MERCU BUANA

NIM 44521010063 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI DOSEN: Apollo, Prof Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Raden Mas Panji Sosrokartono

25 Oktober 2024   03:20 Diperbarui: 25 Oktober 2024   07:49 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

WHAT

Sosrokartono yang mempunyai panggilan lengkap
Raden Mas Panji Sosrokartono lahir di Mayong pada hari
Rabu Pahing tanggal 10 April 1877 M, Sosrokartono lahir
dari keluarga bangsawan. Sejak kecil beliau sudah dikenal
sangat cerdas dan suka membaca. Banyak buku berat yang
telah di lahap Sosrokartono sejak usianya masih anak-anak.
Saat beliau di lahirkan, ayahnya telah menjabat sebagai
wedana di Mayong. Saat itu, Mayong, yang letaknya di
sebelah timur Jepara dan berbatasan dengan Kabupaten
Kudus, masih berstatus sebagai ibu kota Kawedanan. Dan
sekarang Mayong menjadi daerah kecamatan di Jepara.1
Ayah Sosrokartono bernama R.N. Adipati Ario
Sosroningrat, putra ketiga Pangeran Ario Tjondronegoro IV,
seorang bupati Demak yang dikenal berpikiran progresif dan
terbuka dengan budaya modern. Sementara ibu Sosrokartono
adalah M.A. Ngasirah, putri pasangan K.H. Modirono dan
Ny. Hj. Siti Aminah. Kiai Modirono ini merupakan seorang
ulama yang memimpin sebuah Pondok Pesantren di daerah
Teluk Awur Jepara, sekaligus sebagai pedagang kopra di
Pasar Mayong. Di lihat dari silsilah ini, di dalam diri
Sosrokartono sebenarnya telah mengalir darah bangsawan
sekaligus darah ulama.
Ketika Sosroningrat hendak di angkat sebagai bupati,
maka ia harus menikah lagi dengan perempuan yang sekelas
dirinya, yakni perempuan yang juga berasal dari keluarga
ningrat atau bangsawan untuk dijadikan sebagai permaisuri
(Garwa Padmi) atau Raden Ayu. Karena dalam struktur
budaya yang masih sangat feudal, saat itu mengharuskan
seorang ningrat atau bangsawan menikah dengan seorang
bangsawan. Maka Sosroningrat kemudian menikah lagi
dengan seorang perempuan bernama Raden Ayu Moeryan.

bangsawan asal Madura yang pernah menjabat sebagai
Bupati Jepara, Raden Mas Tumenggung Tjitrowikromo dan
Raden Ajeng Hembah Handojo, putri petinggi Desa Semat.
Dengan pernikahan ini, Raden Ayu Moeryan kemudian
diangkat sebagai Permaisuri. Sementara Nyai Ageng
Ngasirah diangkat sebagai Garwa Ampil (istri Selir).
Keseluruhan anaknya Sosroningrat dari kedua istrinya itu
ada sebelas orang, dengan perincian delapan orang dari Nyai
Ageng Ngasirah yaitu: 1). R.M. Slamet Sosroningrat 2).
Pangeran Sosroboesono 3). R.M.P. Sosrokartono 4). R. Ayu
A.A. Kartini Djojohadiningrat 5). R. Ayu Ario Kardinah
Reksonegoro 6). R.M. Sosro Moeljono 7). R. Ayu Soematri
Sosorhadikoesoemo 8). R.M. Sosrorawito, sedangkan dari
Raden Ayu Moeryan memeliki anak tiga yaitu: 1) R. Ayu
Soelastri Tjokrohadi Sosro 2). R. Ayu Roekmini Santoso 3).
R. Ayu Kartinah Dirdjo Prawito.

Modul pak apollo
Modul pak apollo

karena dalam pandangan Sosrokartono, adik kandungnya itu
mempunyai pola pikir yang progresif dan cinta ilmu
pengetahuan. Karakter Kartini yang seperti ini jelas senafas
dengan Sosrokartono.
2. Riwayat Pendidikan R.M.P. Sosrokartono
Sebuah tradisi yang tidak bisa ditinggalkan oleh
Sosrokartono adalah belajar. Semasa masih di tanah air, baik
atas inisiatif dirinya sendiri maupun atas bimbingan dan
arahan orang tuanya, ia sudah banyak membaca beragam
pengetahuan, baik pengetahuan tentang budaya Timur
(Jawa) maupun pengetahuan Barat. Ayahnya sendiri juga
dikenal sangat getol memberikan pendidikan terbaik buat
anak-anaknya.3
Selain melalui pendidikan formal, Sosrokartono juga
diberikan pendidikan oleh Ayahnya melalui guru privat yang
mengajarkan berbagai disiplin keilmuan. Diantara guru
privat yang diundang oleh Ayahnya adalah guru agama
Islam atau guru ngaji, untuk mengajar Sosrokartono dan
saudara-saudaranya tentang agama Islam dan mengajar
membaca Al-Qur'an. Selain guru ngaji, ayahnya juga
mendatangkan guru untuk mengajarkan bahasa Jawa dan
bahasa Belanda kepada Sosrokartono dan saudarasaudaranya. Berdasarkan sejarah keluarganya, Sosrokartono
merupakan keturunan klan (keluarga besar) Tjondronegoro,
yang jika di tarik terus ke atas, maka akan sampai pada
Prabu Brawijaya, Raja Majapahit terakhir. Dengan
demikian, kalau di uraikan lebih luas lagi, beliau juga masih
berhubungan darah dengan raja-raja kerajaan Islam Demak,
termasuk dengan raja pertama Demak, Raden Patah. Bahkan
kalau di telusuri lebih dalam lagi, Sosrokartono bisa jadi
juga mempunyai hubungan dengan Kerajaan Mataram Islam
yang di dirikan oleh Panembahan Senopati. Adapun
silsilahnya sebagai berikut: R.M.P. Sosrokartono bin
Sosroningrat bin Pangeran Ario Tjondronegoro IV bin
Adipati Ario Tjondronegoro III bin Adipati Ario
Tjondronegoro II bin Tumenggung Tjondronegoro I bin
Pangeran Onggowidjojo bin Lanang Dangiran bin Pangeran
Kedawung Blambangan bin Menak Loempat Blambangan
bin Menak Werdati Lumajang Tengah bin Menak Gandreo
bin Menak Simbar bin Limbu Niryoso bin Prabu Brawijaya.
Hubungan Sosrokartono sendiri dengan saudarasaudara kandung maupun saudara tiri tetap bagus. Hanya
saja kelak ketika dewasa, salah seorang saudari kandungnya,
Kartini, mendapat perhatian lebih dari Sosrokartono. karena dalam pandangan Sosrokartono, adik kandungnya itu
mempunyai pola pikir yang progresif dan cinta ilmu
pengetahuan. Karakter Kartini yang seperti ini jelas senafas
dengan Sosrokartono.
2. Riwayat Pendidikan R.M.P. Sosrokartono
Sebuah tradisi yang tidak bisa ditinggalkan oleh
Sosrokartono adalah belajar. Semasa masih di tanah air, baik
atas inisiatif dirinya sendiri maupun atas bimbingan dan
arahan orang tuanya, ia sudah banyak membaca beragam
pengetahuan, baik pengetahuan tentang budaya Timur
(Jawa) maupun pengetahuan Barat. Ayahnya sendiri juga
dikenal sangat getol memberikan pendidikan terbaik buat
anak-anaknya.3
Selain melalui pendidikan formal, Sosrokartono juga
diberikan pendidikan oleh Ayahnya melalui guru privat yang
mengajarkan berbagai disiplin keilmuan. Diantara guru
privat yang diundang oleh Ayahnya adalah guru agama
Islam atau guru ngaji, untuk mengajar Sosrokartono dan
saudara-saudaranya tentang agama Islam dan mengajar
membaca Al-Qur'an. Selain guru ngaji, ayahnya juga
mendatangkan guru untuk mengajarkan bahasa Jawa dan
bahasa Belanda kepada Sosrokartono dan saudarasaudaranya.

Modul pak apollo
Modul pak apollo

Sebuah tradisi yang tidak bisa ditinggalkan oleh
Sosrokartono adalah belajar. Semasa masih di tanah air, baik
atas inisiatif dirinya sendiri maupun atas bimbingan dan
arahan orang tuanya, ia sudah banyak membaca beragam
pengetahuan, baik pengetahuan tentang budaya Timur
(Jawa) maupun pengetahuan Barat. Ayahnya sendiri juga
dikenal sangat getol memberikan pendidikan terbaik buat
anak-anaknya.3
Selain melalui pendidikan formal, Sosrokartono juga
diberikan pendidikan oleh Ayahnya melalui guru privat yang
mengajarkan berbagai disiplin keilmuan. Diantara guru
privat yang diundang oleh Ayahnya adalah guru agama
Islam atau guru ngaji, untuk mengajar Sosrokartono dan
saudara-saudaranya tentang agama Islam dan mengajar
membaca Al-Qur'an. Selain guru ngaji, ayahnya juga
mendatangkan guru untuk mengajarkan bahasa Jawa dan
bahasa Belanda kepada Sosrokartono dan saudarasaudaranya.4
Di usia 8 tahun, Sosrokartono di sekolahkan oleh
ayahnya ke sekolah rendah Belanda, Europse Lagress
School (ELS), yang ada di Jepara. Sekolah ini awalnya hanya
diperuntukkan kepada anak-anak keturunan Belanda saja.
Namun sekolah ini juga menampung anak-anak pribumi
tetapi khusus yang dari kalangan bangsawan, terutama yang
menjadi pejabat pemerintahan. Oleh karena itu tidak semua
anak pribumi dapat masuk ke sekolah ini. Adapun bahasa
pengantar yang digunakan dalam sekolah ini adalah bahasa
Belanda.5
Setelah lulus dari ELS di Jepara, Sosrokartono
kemudian melanjutkan pendidikan ke Hogere Burger School
(HBS), di Semarang, yaitu sekolah Khusus Orang Belanda.
 
Di Semarang ini, Sosrokartono mondok di keluarga Belanda.
Meski hidup di lingkungan orang-orang Belanda,
Sosrokartono tetap menjaga jati dirinya agar tidak
terpengaruh oleh budaya Belanda. Ia tetap selektif dalam
merespon budaya Belanda atau budaya Barat. Hal ini juga
menyangkut soal tata pergaulan, ia tidak mau mengikuti
pergaulan bebas yang dilakukan oleh siswa-siswa Belanda.
Sekolah HBS kalau di sejajarkan dengan sekolah era
sekarang adalah setingkat SMA.6
Sosrokartono mempelajari segala ilmu dan disiplin
pengetahuan. Ilmu apa saja yang dipandangnya memberikan
manfaat dan pengembangan intelektualnya, tetap ia pelajari.
Selain itu ia juga menjelajah buku-buku yang berbahasa
Inggris maupun bahasa asing lainnya. Selain gemar
membaca buku-buku berbahasa asing, Sosrokartono juga
melahap buku-buku berbahasa Jawa. Bahkan yang menjadi
bacaannya adalah buku-buku sastra Jawa kelas berat, seperti
Serat Wulang Reh dan Centhini. Dan ia juga mempelajari
kitab-kitab Jawa lainnya yang berisi tentang ajaran
keagamaan dan kesusastraan, termasuk buku-buku Jawa
tentang wayang.7
Tjondronegoro IV atau Kakeknya Sosrokartono yang
saat itu masih menjadi Bupati Demak dan orang-orang dekat
Adipati Sosroningrat, menyarankan supaya Sosrokartono
melanjutkan pendidikannya ke Belanda dan saran itupun di
terima. Pada saat melanjutkan studinya ke Belanda,
Sosrokartono baru berusia 20 Tahun. Di masa penjajahan,
bisa melanjutkan sekolah ke luar negeri adalah sebuah
prestasi yang luar biasa.8
Di Belanda, Sosrokartono masuk ke jurusan Teknik
Sipil, Polytechnische School di Delft atas masukan dari Ir.
Heyning, seorang kepala Jawatan Irigasi Kabupaten Demak.
Namun di jurusan ini, Sosrkartono hanya bertahan selama
dua tahun. Karena tidak sesuai apa yang di inginkan, ia lebih
tertarik dan menyukai filsafat dan kesusastraan Timur.
Karena itu, setelah keluar dari jurusan Teknik di Delft.

Modul pak apollo
Modul pak apollo

 
kemudian menuju kota Leiden dan masuk ke Fakultas Sastra
Timur (Facultiet der En Wijbegertee) Universitas Leiden. Di
sinilah dirinya semangat belajar karena sesuai dengan minat
dan jiwanya. Saat itu ia merupakan satu-satunya mahasiswa
dari Jawa yang belajar di universitas tersebut.
Sejak awal-awal di Leiden, Sosrokartono langsung
melejit sebagai mahasiswa berotak cemerlang. Ia berhasil
menunjukkan kemampuannya yang luar biasa dalam
masalah kebahasaan dan kesusastraan. berkat kecerdasannya
ini kemudian cepat meguasai bahasa-bahasa asing lainnya,
dan membuat dirinya lulus sebagai sarjana muda dalam
waktu cepat pada 1901. Sosrokatono pun semakin eksis
sebagai seorang intelektual yang diperhitungkan di Eropa.9
Kelebihan lain yang dimiliki oleh Sosrokartono adalah
dirinya mampu menguasai banyak bahasa. Kemampuan
menguasai bahasa inilah yang dikenal dengan Polyglot.
10
Sosrokartono menguasai 26 bahasa asing dan 10 bahasa
Nusantara.11 Dalam sumber lain dikatakan bahwa
Sosrokartono telah menguasai 26 bahasa asing, dengan
rincian 9 bahasa asing Timur dan 17 bahasa asing Barat.12
Dan ada juga yang mengatakan ia menguasai 26 bahasa
asing dan 10 bahasa yang ada di Nusantara.13 Dari sekian
banyak bahasa yang di kuasai itu, rata-rata dipelajari sendiri
oleh Sosrokartono secara otodidak. Bahasa Perancis
misalnya, Sosrokartono telah mempelajarinya ketika sendiri
ketika sekolah HBS di Semarang, padahal di sekolahnya itu
tidak di ajarkan bahasa Perancis, karena yang paling banyak
diajarkan adalah bahasa Belanda.

Modul pak apollo
Modul pak apollo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun