Saya sering membayangkan pendidikan sebagai sebuah perjalanan berliku penuh tantangan. Dalam perjalanan ini, guru dan dosen dibutuhkan sebagai perancang jalur, penyedia bekal, dan pendamping yang memastikan peserta didik dapat mencapai tujuan. Namun, tugas mereka tidak berhenti pada memberi arahan semata. Lebih dari itu, mereka bertanggung jawab membentuk peserta didik menjadi individu yang kompeten, tangguh, dan siap menghadapi berbagai rintangan di sepanjang perjalanan tersebut.
Sebagai pendidik, guru dan dosen memainkan peran kunci dalam membentuk masa depan generasi muda. Namun, tugas mereka bukan sekadar menyampaikan materi. Mereka adalah desainer atau arsitek pembelajaran yang menciptakan ruang bagi peserta didik untuk mengembangkan kompetensinya. Dalam proses ini, peserta didik tidak hanya menjadi penonton, tetapi pemain utama, sementara guru dan dosen berperan sebagai sutradara yang memastikan skenario berjalan dengan baik.
Mengapa hal ini penting? Karena pendidikan yang hanya mengandalkan transfer ilmu saja tidak cukup. Selain mengajar, guru dan dosen perlu melibatkan unsur mendidik. Mengajar itu seperti memberi peta. Sementara mendidik adalah memberikan kompas moral, menanamkan nilai, karakter, dan sikap.
Jika pendidikan hanya sebatas mengajar, peserta didik mungkin bisa pintar secara intelektual. Namun jika mengajar dan mendidik digabung, kita dapat mencetak generasi yang bukan hanya pintar dan terampil, tetapi juga memiliki sikap yang membuatnya bernilai, dan berdaya saing.
Pendidikan juga bukan sekadar menyampaikan mata pelajaran atau mata kuliah. Ada dimensi tersembunyi yang sering kali memberikan dampak lebih besar daripada kurikulum formal, yaitu hidden curriculum. Norma dan nilai seperti disiplin, kerja sama, ketekunan, dan rasa hormat tidak selalu diajarkan secara eksplisit, tetapi ditanamkan melalui teladan.
Contohnya, seorang guru yang konsisten datang tepat waktu secara tidak langsung mengajarkan arti profesionalisme. Dosen yang menghargai pendapat mahasiswa menanamkan keberanian berpikir kritis. Dengan cara ini, pendidikan menjadi lebih dari sekadar transfer ilmu. Pendidik perlu membentuk karakter dan nilai yang melekat dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
Pendidik, baik guru maupun dosen berperan sebagai arsitek kompetensi bertanggung jawab merancang pembelajaran secara holistik. Para pendidik perlu mendesain pembelajaran yang memastikan terbangunnya berbagai dimensi kompetensi, baik task skills, task management skills, contingency management skills, job/role environment skills, maupun transfer skills. Kita perlu akui, mendesain pembelajaran yang memastikan terbangunnya dimensi-dimensi kompetensi tersebut tidaklah mudah.
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat, penggunaan media yang relevan, serta desain lingkungan belajar yang kondusif menjadi elemen penting dalam proses ini. Selain itu, keberadaan hidden curriculum berupa nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran turut berkontribusi dalam menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya membangun karakter, tetapi juga menanamkan etos kerja, daya juang, dan integritas.
Pendidikan yang sejati adalah hasil karya yang dirancang oleh guru dan dosen sebagai arsitek kompetensi. Mereka merancang pembelajaran yang tidak hanya membentuk pemahaman yang mendalam dan keterampilan yang terasah, tetapi juga sikap kerja yang relevan dengan tuntutan dunia nyata. Dalam setiap langkahnya, mereka menciptakan ruang bagi peserta didik untuk tumbuh, mengembangkan nilai-nilai penting sesuai tuntutan dunia nyata, dan semangat untuk terus berkembang.
Oleh: Arya Astina