Mohon tunggu...
arya astina
arya astina Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi pendidikan, Trainer, Penulis

“Mendedikasikan diri di dunia pendidikan dan pelatihan untuk mewujudkan generasi yang berkualitas”

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Sekolah Telah Menghancurkan Rasa Ingin Tahu Anak?

22 Oktober 2024   03:14 Diperbarui: 22 Oktober 2024   21:10 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Anak-anak kecil secara alami memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka kerap menanyakan segala hal, mencoba memahami dunia di sekitarnya dengan cara mereka sendiri. Namun, pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa seiring bertambahnya usia, terutama saat memasuki sekolah, rasa ingin tahu ini perlahan memudar? 

Apakah sistem pendidikan kita terlalu fokus pada hafalan demi mendapatkan nilai yang baik? Dan jika benar demikian, tidakkah ini telah meredam rasa ingin tahu alami mereka? Jika iya, ada sesuatu yang keliru dalam proses pendidikan kita.

Sekolah seharusnya bukan hanya tempat untuk menimbun pengetahuan dan lulus dengan nilai tinggi. Nilai akademis yang baik tidak akan berarti banyak jika pada akhirnya anak-anak kehilangan keinginan untuk bertanya, untuk menjelajah, untuk terus penasaran dengan dunia di sekitarnya. Esensi pendidikan bukanlah pada angka, melainkan pada kemampuan untuk mempertahankan rasa ingin tahu yang menjadi motor utama pembelajaran seumur hidup.

Lihatlah sosok seperti Albert Einstein atau Thomas Edison. Mereka tidak puas dengan jawaban yang sudah ada. Mereka terus bertanya, terus mendorong batas pengetahuan karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tak pernah padam. Temuan-temuan besar mereka bukanlah hasil dari hafalan, melainkan eksplorasi tanpa henti. Inilah mengapa rasa ingin tahu sangat penting, anak-anak seharusnya diberi ruang untuk bertanya, untuk menantang informasi yang mereka terima, dan untuk mengeksplorasi pengetahuan di luar yang sudah diajarkan.

Ketika rasa ingin tahu dipupuk, anak-anak akan belajar berpikir kritis. Mereka akan mampu menganalisis, mengevaluasi, dan memproses informasi dengan lebih dalam. Kemampuan berpikir kritis ini adalah keterampilan yang sangat diperlukan di dunia nyata, jauh di luar ruang kelas. Dengan memberikan mereka kebebasan untuk bertanya, berdiskusi, dan mengeksplorasi, proses belajar akan menjadi lebih bermakna. Belajar tidak lagi sekadar tentang menghafal untuk mendapatkan nilai, melainkan tentang memahami dan meresapi dunia di sekeliling mereka.

Jadi, bisakah kita membuat anak-anak ketagihan belajar? Pengajar yang sukses bukan hanya mereka yang mampu menyampaikan materi, tetapi yang bisa menanamkan kecintaan pada pengetahuan dan membentuk pembelajar seumur hidup. Pengajar yang berhasil menciptakan anak-anak yang selalu haus akan ilmu, yang terus bertanya dan mencari jawaban, bahkan setelah mereka meninggalkan bangku sekolah. 

Mereka tidak belajar semata-mata demi nilai atau sekadar lulus, tetapi untuk benar-benar memahami dunia dan menemukan bagaimana mereka bisa berkontribusi di dalamnya. Dengan cara ini, pendidikan tidak lagi sekadar menjadi rutinitas harian, melainkan perjalanan penemuan diri yang terus berkembang, membangkitkan rasa ingin tahu, kreativitas, dan semangat eksplorasi yang tak pernah padam.

Mengembalikan rasa ingin tahu anak bukan hanya tentang pendidikan saat ini, tetapi juga tentang membangun fondasi untuk masa depan mereka. Di dunia yang terus berkembang dan penuh dengan tantangan baru, anak-anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan kemampuan berpikir kritis akan lebih siap untuk menghadapi segala perubahan. Mereka akan menjadi individu yang mampu beradaptasi, menciptakan solusi, dan berkontribusi secara positif di masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun