Mohon tunggu...
Arya Adi Seputro
Arya Adi Seputro Mohon Tunggu... Guru - Manusia biasa yang ingin menjadi manusia seutuhnya

It’s just myself talking to myself about myself.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Makna Kebahagiaan Sebaiknya Tidak Perlu Diperdebatkan

21 Maret 2022   17:26 Diperbarui: 21 Maret 2022   17:33 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebahagiaan merupakan kata yang mungkin sering kita dengarkan di dalam khotbah keagamaan maupun acara seminar yang disampaikan oleh seorang motivator. Dan mungkin saja sering kita bahas saat kita nongkrong waktu senja di pinggir sungai atau di warung kopi. 

Sebenarnya perdebatan tentang makna kebahagiaan menurut saya sampai saat ini tidak akan ada habisnya, dengan kata lain semakin diperdebatkan semakin bikin pusing.

Pengalaman pribadi saya ketika saya membahas tentang makna kebahagiaan dengan seorang teman, berujung dengan perdebatan. Saya sering membicarakan tentang makna kebahagiaan versi diri saya sendiri. 

Saya mengutarakan bahwa kita akan bahagia kalau kita memiliki keadaan ekonomi yang cukup baik dan segala kebutuhan hidup tercukupi tanpa adanya kekurangan (dan tentunya tanpa adanya hutang). Makna itu saya sampaikan karena memang saya dalam beberapa tahun ini memiliki kesulitan ekonomi yang membuat saya sesak hati.

Setelah menceritakan makna kebahagiaan menurut versi saya, lantas teman saya membantah pendapat saya. Dia mengatakan bahwa kebahagiaan itu tidak dapat diukur oleh materi maupun uang. Teman saya ini mengatakan bahwa kebahagiaan itu akan didapatkan kalau kita bisa berkumpul dengan keluarga, hidup sederhana dan hidup dekat dengan Tuhan. 

Tidak ada salahnya sih pendapat tersebut, karena teman saya ini seorang yang sangat religius dan seorang perantau yang hidup jauh dari keluarga. Dan pada akhirnya saya menghentikan perdebatan itu, yang menurut saya jika dilanjutkan tidak akan berdampak baik bagi hubungan kami.

Mungkin dari kita ada yang memaknai kebahagian seperti versi saya itu: Memiliki keadaan ekonomi yang cukup baik, tidak kekurangan, dan berlimpah materi. Mungkin juga ada dari kita yang memaknai kebahagiaan seperti versi teman saya. Atau ada yang memaknai kebahagiaan seperti misalnya dapat jabatan tinggi di tempat kerja, menang lotre undian, memiliki pacar yang cantik, dan lain sebagainya.

Dari situlah saya mulai merenungkan makna kebahagiaan sampai detik ini. Apakah makna kebahagiaan yang sering kita katakan itu dipengaruhi oleh pengalaman hidup pribadi atau idealisme yang dibentuk oleh masyarakat saja? Dan pada akhirnya dalam perenungan saya, saya menemukan sebuah teori yang sangat masuk akal.

Kebahagiaan atau dalam bahasa Inggrisnya "Happiness" dikemukakan oleh Ed Diener dengan istilah psikologinya yaitu "Kesejahteraan Subjektif" atau "Subjective Well-Being", untuk lebih mudahnya kita singkat menjadi SWB. 

SWB merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam rumpun psikologi positif. Diener mendefinisikan SWB sebagai evaluasi kognitif dan afektif seseorang tentang hidupnya. Evaluasi ini meliputi reaksi emosional terhadap suatu kejadian yang pernah dialaminya yang sejalan dengan penilaian kognitif terhadap kepuasan dan pemenuhan hidup. Dalam arti yang sederhana, seseorang akan memiliki pandangan tentang kebahagiaan dan kepuasan hidup sesuai dengan penilaian subjektifnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun