Mohon tunggu...
Arya Ajisaka
Arya Ajisaka Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Si selalu meremehkan yang terremehkan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Proses dalam Diam

28 Maret 2022   14:06 Diperbarui: 28 Maret 2022   14:08 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

         Namaku Saka, ini kisahku, anak laki-laki biasa yang ingin bisa bela diri. Aku baru saja melewati masa Sekolah Dasarku, dan kini aku sedang dalam masa dimana aku bingung memilih sekolahan selanjutnya. Aku di bingungkan oleh 2 pilihan antara SMP yang dekat dengan rumahku atau SMP favorit yang letaknya agak jauh dari rumahku. Aku bisa memilih antara kedua sekolah itu karena beruntung aku mendapatkan nilai yang bisa di bilang sedikit diatas rata-rata, jadi akupun bingung.

          Lalu, ibukupun menyarankanku agar masuk ke SMP yang dekat rumah saja, agar tida perlu terlalu buru-buru jika pergi sekolah. Tapi ayahku lebih mendukungku untuk memasuki sekolah yang agak jauh dari rumah, karena memang sekolahnya lebih bagus dari yang di dekat rumah. Akupun memikirkannya terus selama beberapa hari, dan akhirnya akupun memutuskan untuk bersekolah di smp dekat rumah saja karena selain dekat, jadi aku tidak perlu mengeluarkan ongkos untuk pergi kesekolah, cukup dengan berjalan kaki 5-10 menit saja sudah sampai.

          Akupun datang ke SMP tersebut bersama dengan ibuku, dan betapa terpukaunya aku melihat perbedaan besar dari sudut infrastruktur bangunan, antara SD asalku dan SMP dekat rumahku. Mulutku tidak bisa menahannya "uwaaaahhhhhh..., besar bangett sekolah ini bu" ucapku sambil terkagum-kagum pada ibuku, "tentu saja nak" balas ibuku sambil tertawa kecil. Langsung meenuju ruang pendaftaran, aku dan ibuku mendapat nomor antrian yang tidak terlalu besar karena masih pagi. Setelah menunggu, waktu pemanggilan nomor antriankupun tiba. Aku dan ibuku langsung masuk ke ruang pendaftaran dan langsung mengurus pendaftarannya.

          Keesokan harinya aku datang ke smp itu lagi dan melihat namaku tertera di papan pengumuman, yang berarti aku diterima di smp itu. Betapa senangnya aku, akhirnya sekolah baru, teman-teman baru saling berbaur, guru-guru baru, lingkungan yang baru, dan tentunya pembelajaran yang baru, hal-hal indah terukir di pikiranku untuk di jadikan kenangan, akan aku mulai.

          TAK SEPERTI YANG AKU BAYANGKAN. Memang aku mendapatkan teman-teman baru, tapi beberapa dari mereka adalah orang-orang yang selalu menyelesaikan setiap masalah dengan otot. Mereka adalah Agung, Gugun, Fadly, Raihan, dan Nico. Aku merasa sangat tidak nyaman berada di kelasku sendiri. Teman-teman ku selalu di palak, di bully hampir setiap hari, termasuk aku. Tidak ada yang berani melawan ataupun melapor pada guru-guru karena jika melapor pada guru, sesudah itu maka akan mendapat perlakuan yang lebih parah lagi. Mereka yang menguasai kelas, bahkan 1 angkatan, dan mereka semua berada dalam 1 kelas denganku, sungguh buruk bukan?.

          Suatu hari di dalam kelas salah satu temanku bernama doni, sedang menggambar, dia adalah temanku yang jago menggambar dan pendiam, dia sedang menggambar di waktu jamkos, karena tidaka ada guru yang masuk ke kelas. Di pojok kelas terlihat lima orang itu sedang berdiskusi seperti ingin menjahili seseorang. Benar saja mereka menghampiri ke arah doni yang sedang menggambar. "apakabar don!, Lagi gamabar apa tu" ucap raihan sambil merangkul pundak doni seakan akrab. Doni diam dan ketakutan karena memiliki firasat buruk. "waahhh buruk sekali gambarannya, ini mah lebih pantas buat di bakar" ucap doni sambil mengambil gambaran doni secara paksa dan mengeluarkan korek api dari saku celananya. "jangan!!, Jangan lakukan ituu!!!" teriak doni sambil berusaha mengambil kertasnya, tapi doni tidak bisa mengambil nya karena sedang di rangkul raihan, ia menahannya agar tidak berontak. "wahh ternyata doni bisa memberontak yaa" ucap agung menghina. " Ini akan ku bakar ya" kata nico. Seketika tubuhku bergerak sendiri menghampiri mereka dan langsung menggenggam tangan nico yang mau menyalakan korek api, dengan sekuat tenaga aku menggenggamnya. " wah wah wah, ada yang sok mau jadi pahlawan nih" ujar nico sambil melepaskan genggaman tanganku dengan mudah, padahal aku sudah memegangnya sekuat tenaga. "j-jangan lakukan itu!" bentak ku ke nico. Selama ini aku diam bukannya takut pada mereka, hanya saja aku sudah tau aku tidak akan bisa menang melawan mereka. " banyak omong kamu!!" ujar nico lagi, sambil mendorong ku kencang, aku terdorong sampai membentur meja- meja dan kursi, dan aku tidak bisa bergerak karena rasa sakitnya. "mampus! Makannya jangan soksok an jadi pahlawan" ujar raihan. Mereka berlima pun tertawa terbahak bahak. Lalu alhasil nico membakar gambaran doni, dan doni tidak hanya bisa pasrah.

          Bel pulang berdering, aku pulang ke rumah bersama dengan temanku sejak SD, namanya yudhi. Aku menceritakan apa yang terjadi waktu di kelas tadi sambil berjalan pulang. Lalu yudhi berkata "buruk sekali ya berada di kelasmu, kamu sudah mengikuti ekskul belum?" tanya yudhi."belum" jawabku. " pas banget, ayo masuk ekskul karate denganku, dari kemarin aku ingin mengajakmu masuk, cuma aku lupa terus bilangnya" akupun seketika sadar" iya juga kita sekolah sudah hampir 2 bulan, tapi belum mengikuti kegiatan apapun di sekolah"kataku. "makannya ayo kita ikutan ekskul karate saja agar kamu bisa melawan jika di ganggu teman-temanmu itu lagi". " boleh saja, besok kita daftar!" akupun meng iyakan perkataan yudhi, tapi aku tidak ada niat ikut karate untuk balas dendam, aku hanya punya niat ingin ikut bela diri karena aku menginginkannya dari sejak SD.

          Keesokan harinya, aku dan yudhi mendatangi ruang ekskul karate pada saat jam istirahat. Kebetulan disana ada pembinanya, dan kami langsung bilang bahwa kami ingin ikut masuk ekskul karate. Kamipun diterima dengan baik dan langsung di beri formulir pendaftarannya dan di suruh datang lagi besok setelah sekolah selesai dan memakai baju olahraga. Keesokannya setelah sekolah selesai, aku dan yudhi mendatangi ruang ekskul karate, dan betapa terkejutnya ternyata yang mengikuti ekskul karate itu banyak. Latihan hari pertamaku selesai, aku belum belajar banyak di hari pertama, aku hanya di ajarkan teknik-teknik dasar, mulai dari mengepal tangan, dan memukul. Hanya itu yang aku pelajari di hari pertama. Tapi ikut karate ternyata seru, karena gurunya yang baik dan periang, tapi jika sedang berlatih sungguh-sungguh, benar-benar mengerikan. Tidak ada diantara murid-muridnya yang bisa mengimbanginya. Lalu aku mempelajarinya lagi di rumah terus menerus, karena guru karateku berkata lada saat latihan" latihan itu tidak hanya di sini, di rumah juga. Jika kalian latihan hanya disini, kalian tidak akan berkembang, dan ingat! Beladiri karate adalah beladiri yang mematikan. Maka, jangan pakai karate untuk bermain apalagi berantem, apalagi di lingkungan sekolah ini!!". Akupun mengingat terus perkataan guruku itu.

          Setahun sudah aku bersekolah di smp itu dan mengikuti karate, di kelas 8 ini aku akan mengikuti pertandingan karate pertamaku setelah sabukku naik 2 tingkat. Aku tak sabar menunggu esok di pertandingan. Di kelas sedang ada penugasan kelompok, dan aku berada 1 kepompok dengan lima orang itu dengan 4 cewe dan doni. Guru sedang keluar, anak-anak yang kaon sedang mengerjakan tugas kelompoknya, dan terjadilah masalah di kelompokku saat sedang membagi-bagi tugas, lima orang ini menolak dan hanya ingin diam saja tanpa berkontribusi apapun, lalu aku bebicara kepada mereka agar berkontribusi meskipun sedikit. Mereka kesal lalu agung langsung melancarkan pukulan mengarah mukaku, aku menjadi punya sedikit reflek berkat mengikuti latihan karate, dan tiba-tiba akupun bisa menhindari pukulan Agung. Teman-teman sekelompokku kaget, " wahh sekarang kamu bisa melawan yaa" ucap Agung kesal. Aku memang tidak ada niatan melawan mereka" tidak, tadi itu hanya kebetulan gung....sungguh...". Yah alhasil aku mendapat beberapa pukulan di muka dan perutku.

          Hari pertandingan pun tiba, aku dan yudhi sangat excited mengikutinya, banyak sekali atlet-atlet karate yang terlihat kuat dan berpengalaman, dan juga penonton yang menduduki bangku-bangku sangat banyak yang membuatku bisa demam panggung. Pertandingan pun di mulai, aku yang sedang menunggu giliranku aku melatih diri mempersiapkan sambil menonton pertandingan-pertandingan yang menakjubkan, membuat penonton heboh, apalagi saat komite(sparing). Ahh iya aku lupa memberitahu, di karate bisa di bilang, terdapat tiga unsur dasar, yaitu kihon, kata, dan komite. Kihon adalah gerakan-gerakan dasar dalam karate, seperti pukulan, tangkisan, kuda-kuda , dan tendangan. Kata adalah gerakan-gerakan kihon yang di kombinasikan sehingga menjadi suatu gerakan langkah-langkah untuk menjatuhakn lawan bila dalam pertarungan. Sedangkan komite adalah pertandingan sparing antar lawan, dengan syarat jika kita memukul lawan, pukulan kita harus langsung di tarik lagi, asal sudah mengenai lawan, berlaku untuk pukulan ataupun tendangan. Kembali pada pertandingan, waktuku pun di mulai, aku mengikuti kelas kata. Waktu pertandingan dimulai, aku sangan gugup di tonton banyak orang tapinaku berusaha fokus dengan gerakanku, yang lebih mengganggu adalah rasa sakit di bagian tulang rusukku karena kemarin beberapa pukulan Agung ada yang mengenai ke tulang rusuk juga, sehingga membuat gerakanku tidak maksimal karena sambil menahan rasa sakitnya yang lumayan. Alhasil pertandingan pertamaku berbuah kekalahan. Tapi itu tidak membuatku putus asa, karena teman-teman ku langsung mensuportku dengan kata-kata yang membuatku tetap semangat karate.

          Masa-masa smp tidak terasa, kelulusanpun tinggal menghitung hari, aku masih bertahan di karate, sudah mengalami masa-masa berat di karate, bahkan aku sudah mempelajari komite, dan beberapa alat-alat seperti double stick dan tongkat. Aku, bisa dibilang sudah menjadinsejior dinkarate di smp. Gurukupun sudah percaya padaku, dan berkata agar mempergunakan karate dengan baik, dan di jalan kebenaran"kamu boleh memakai karate, jika memang sudah benar-benar tidak ada jalan". Itulah kata-kata terakhir yang aku dengar sebelum meninggalkan smp, meskipun jika sudah sma aku akan tetap latihan di smp itu. Dan entah mengapa aku mungkin, aku meiliki kepribadian baru, aku bisa tenang dalam mengahdapi sesuatu, dan aku bisa cuek dalam menghadapi sesuatu. Kelulusan pun tiba, dan aku dinnyatakan lulus dari smp. Dan liburpun tiba, waktunya mendaftar ke jenjang selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun