Ini sudah hampir memasuki 2025, tetapi spanduk menyedihkan seperti yang tertampang si judul artikel masih ada, kalaupun tidak bisa dibilang masih berjamuran. Tapi, itukah kenyataan bahwa urusan sampah masih erat dengan urusan peranjingan.
Sebuah kepiluan yang luar biasa, di tengah perdebatan kosong di media sosial tentang negara ini dan negara orang, nyatanya masih terpampang sesuatu yang membawa-bawa nama baik anjing sebagai hewan yang paling setia. Seakan-akan membuang sampah sembarangan juga adalah perilaku dari anjing. Padahal, mereka cuma numpang pipis dan berak di tempat yang mereka kenali saja, bukan bersukarela menghabiskan bensin dan tenaga untuk mencari suatu tempat untuk membuang sisa-sisa.
Adakah yang salah dengan semua ini? Di tengah ekosistem digital, urusan sampah dan menyampah belum sepenuhnya merata di semua tempat. Kadang sedihnya, bahwa urusan pembuangan akhir kotapun pemerintah lokalnya sempat angkat tangan.
Ini menjelang 2025, harus menuju tahun ke berapa Masehi agar urusan sampah dan nama baik anjing ini tidak lagi menjadi suatu urusan?
Di tengah narasi Indonesia emas, ada baiknya kita segera sadar bahwa urusan kemajuan negara juga adalah berasal dari akar yang paling sederhana.
Kalaupun panas dikatakan perseorangan, maka ini adalah urusan kita semua. Kita sama-sama berjuang agar sampah dan menyampah, serta nama baik anjing, bukan lagi suatu persoalan dalam beberapa jangka waktu ke depan. Kekuatan banyak orang pasti akan berdampak besar.
Maka, jadikan Indonesia Emas 2045 dari hal paling mendasar dahulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H