Langit yang cerah. Biru dan biru, yang diselingi oleh awan-awan berbentuk domba. Domba yag begitu besar. Kadang bulunya bewarna putih. Kadang, bulunya bisa bewarna abu-abu. Mereka berjalan, bahkan berlarian, dengan bebas di bawah sinar mentari. Padahal, di daerah khatulistiwa ini, sinar matahari dapat disamakan dengan sengatan. Sangat panas dan membakar. Apakah bisa dikatakan membara? Ya, di kala tertentu.
Andai bisa mengamati langit dengan seksama. Menyadari segala perubahannya. Apakah biru atau putih? Apakah awannya tipis atau tebal? Apakah awannya berbentuk benang atau bulat-bulat? Tapi, mengamati semua kejadian itu secara simultan, yah, adalah hal yang berat. Apa ada orang bisa bertahan selama itu?
Menjelang pergantian posisi matahari ini, yang berada di daratan hanya bisa menikmati sisa panasnya. Syukur-syukur kalau berada di tempat yang teduh, apalagi dingin. Tinggal beberapa menit sebelum hari ini pergi. Pergi tanpa pernah kembali. Setara dengan kematian. Benar, setiap hari kita menjadi saksi dari kematian hari itu sendiri.
Kenapa kita tidak pernah bersedih?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H