Timnas Brazil dipandang mencatatkan rekor yang buruk di pergelaran Copa America tahun ini. Mereka tumbang di babak perempat final, dalam pertandingan kontra Uruguay. Tidak ada lagi Jogo Bonito.
Kritikan semacam itulah yang berdatangan kepada timnas Brazil. Mereka dipandang bukan lagi sebagai representasi tim dengan lima gelar Piala Dunia. Bahkan, untuk bersaing di ranag regional saja, mereka sudah ngos-ngosan.
Ironis, sebab di edisi sebelumnya, mereka mencapai final, sebelum ditaklukkan oleh Argentina (Kelak pemenang Finalissima dan Juara Dunia 2022) melalui gol tunggal Angel di Maria. Tiga tahun berselang, dengan tim tanpa beberapa pemain kunci di Copa America edisi sebelumnya dan Piala Dunia 2022, timnas Brazil dilabeli sebagai tim medioker.
Karena ini adalah level Brazil, bahkan bermain di klub Eropa saja dianggap tidak cukup. Dikarenakan, rata-rata pemain timnas Brazil di Copa ini hanya bermain di klub medioker Eropa. Kalau boleh dikomparasikan, berbeda dengan pemain diaspora Indonesia, yang asalkan bermain di LN, mereka sudah disanjung.
