Gunung Marapi, per pukul 15:00 WIB 1 Juli 2024, statusnya diturunkan dari Siaga menjadi Waspada. Dengan kata lain, dari analisa PVMBG, aktivitas gunung mengalami penurunan. Implikasinya, beberapa mitigasi bencana mengalami perubahan. Yang paling jelas, jarak aman yang sebelumnya 4,5 km dari kawah, diperkecil menjadi 3 km dari kawah.
Namun, pada 2 Juli 2024, Gunung Marapi kembali mengalami erupsi dan kejadiannya direkam oleh CCTV malam milik warga setempat. Terlihat, lontaran material vulkanik panas yang terlihat memutih di kamera malam. Secara gamblang, terlihat adanya lemparan batu ke berbagai arah dari puncak Marapi. Lontaran itu juga menerangi langit di sekitar kawah.
Dari komentar beberapa akun di IG, mereka mempertanyakan, padahal kurang dari 24 jam sejak gunung berapi itu diturunkan level aktivitasnya, lantas kenapa masih erupsi?
Kami kira, erupsi yang masih berlangsung di Marapi adalah sesuatu yang tidak terelakkan, secara gunung berapi itu masih mengalami tremor menerus. Rentang amplitudonya adalah 0.5 hingga 2 mm, dan dominan di 1 mm. Informasi ini bisa diakses secara gratis di Magma ESDM. Kami kira, satu hal yang pasti dari aktivitas kegempaan Marapi dalam dua minggu ini, gempa vulkanik dalam dan dangkalnya sudah sangat minim. Hanya sesekali, alias tidak signifikan.
Berbeda dibandingkan masa satu bulan awal sejak dinyatakan Siaga pada 9 Januari 2024 silam. Aktivitas kegempaan vulkaniknya sangat intens. Selalu terjadi variasi jumlah gempa vulkanik dalam dan dangkal Marapi. Tidak lupa, erupsinya intens. Walaupun, sebenarnya sangat intens di satu minggu awal paska erupsi hebat 3 Desember 2023 silam, namun statusnya masih dinyatakan Waspada pada masa itu. Juga, terdapat gempa low frequency, hybrid, sekali Harmonik, dan tornillo dalam jumlah yang banyak. Belum lagi, gempa hembusan yang berjumlah puluhan, bahkan ratusan di beberapa hari pertama bulan Maret 2024. Secara visual, asap kawah Marapi di satu bulan pertama Siaganya adalah tebal dan pekat.
Penurunan aktivitas kegempaan sebenarnya sudah terjadi menjelang Ramadhan 2024. Asap kawah Marapi juga sempat menghilang, atau minim, pada periode itu. Hanya saja, letusan eksplosif masih terjadi selama puasa. Bahkan, terjadi satu kali letusan dahsyat di pertengahan Ramadhan. Letusan yang disertai dengan lontaran lava pijar, dan terekam kamera CCTV warga sekitar. Kalau tidak salah, letusan di pertengahan Ramadhan itu memang puncak kalau dilihat dari amplitudonya yang mencapai 40 mm. Berbeda dari letusan 3 Desember 2023, yang begitu dahsyat namun amplitudo 30 mm-an, namun durasinya hampir lima menit.
Sejatinya, sejak lebaran, letusan masih sesekali terjadi dan bersifat eksplosif. Di statu Waspada, dengan jarak aman 3 km dari kawah, kami menduga bahwa meskipun masih mengalami erupsi, namun lontaran material vulkaniknya tidak lagi mencapai 4,5 km. Di mana, di dalam radius itu ada perumahan penduduk. Kalau 3 km, itu masih di wilayah hutan.
Dengan demikian, letusan Marapi bisa saja akan terus terjadi. Tengok saja Gunung Dukono. Statusnya Waspada, namun rutin erupsi. Dalam hal ini, hal yang masih perlu diwaspadai oleh masyarakat sekitar adalah ancaman banjir lahar. Karena masih erupsi, tentu masih ada sisa tumpukan material di atas sana. Jika terjadi lagi curah hujan ekstrim, tidak menutup kemungkinan akan kembali turun galodo dahsyat. Bahkan, untuk saat ini, jika terjadi hujan lebat di sekitaran gunung, aliran air deras berbau belerang masih sering turun, seperti yang dilaporkan oleh berbagai akun IG akamsi.
Jelaslah, meskipun statusnya diturunkan, bukan berarti pula kewaspadaan diturunkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H