Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Nature

Marapi Telah Diturunkan Statusnya Menjadi Waspada, Penanda Akhir dari Perjalanan Panjang Enam Bulan Siaga

1 Juli 2024   19:48 Diperbarui: 1 Juli 2024   20:03 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan Layar dari Halaman Magma ESDM

Berawal dari postingan salah satu akun IG, pdg24jam, bahwa status Gunung Marapi (Sumatera Barat) diturunkan dari Siaga ke Waspada. Sebuah berita yang menenangkan. Namun, kebetulan, beberapa saat sebelumnya, kami mengecek laporan di Magma, dan Marapi masih dikategorikan Siaga.

Dalam kebingungan, kami mencari rilis di situs ESDM. Di sana, rilis penurunan aktivitas terbaru adalah Ili Lewotolok. Belum ada rilis apapun terkait aktivitas terbaru Marapi. Tanpa patah arang, kami mencari ke berbagai akun PVMBG untuk mendapatkan kepastian. Dan, belum ada update terbaru. Ternyata, itulah kata kuncinya, update.

Karena update, pasti ada updating. Updatepun ada prosesnya. Ketika kami rusuh mencari informasi, ternyata pihak PVMBG sedang updating informasi aktivitas Marapi. Beberapa waktu selang kami membaca postingan pdg2jam itu, kami kembali berlabuh ke Magma. Dan, memang telah terjadi perubahan.

Baca juga: Enam Bulan Ini

Gunung Marapi, setelah enam bulan, akhirnya resmi diturunkan level aktivitasnya. Terhitung, bulan-bulan berikut: Januari, Februari, Maret, April, Mei, dan Juni. Enam bulan, Marapi dilabeli dengan warna oranye di laporan rutinnya. Per hari Senin ini, Gunung Marapi akan kembali diberikan warna kuning di pelabelan aktivitas laporan hariannya.

Desember, Januari, Februari, Maret, April, Mei, dan Juni, berikut adalah bulan-bulan yang membara bagi Marapi. Aktivitasnya meningkat, dan menghasilkan dua ratusan erupsi. Membawa teror tersendiri bagi masyarakat sekitar. Tidak akan pernah lupa, bagaimana tragedi 3 Desember terjadi. Bagaimana ketakutan dan duka yang ditimbulkan.

Tidak lupa pula, beberapa hari menjelang hari raya Idul Fitri, turun galodo. Kelak, kita mengetahui bahwa ini barulah galodo yang pertama. Menjelang hari rayo, dua titik yang menjadi jalur terpadat Pulang Barayo mengalami kerusakan. Kedua titik itu adalah Bukik Batabuah dan Aie Angek. Sempat ada ketakutan dan keraguan bagi para perantau, apakah aman untuk pulang kampung pada raya edisi ini?

Baca juga: Marapi

Satu bulan berselang, kurang dan lebihnya, siapa yang sangka, turun kembali galodo. Namun, kali ini intensitasnya jauh lebih besar dibandingkan yang pertama. Bebatuan besar menuruni gunung dan melewati sungai, menghasilkan tremor yang dirasakan sebagai gempa oleh masyarakat terdampak. Malam minggu itu adalah malam yang horor bagi masyarakat Bukik Batabuah, Pagu-Pagu, Sungai Jambu, dan Manunggal Tanah Datar. Tidak lupa, kejadian memilukan di Lembah Anai, dan lereng Singgalang yang juga ikut diamuk galodo.

Sebuah kejadian yang menyedihkan, korban jiwa muncul. Bahkan, kelak, setelah pencarian mati-matian selama satu bulan oleh tim gabungan, masih ada beberapa korban yang tak kunjung ditemukan jasadnya. Jadilah, anak sungai Marapi itu menjadi makam mereka.

Kini, Marapi telah diturunkan level aktivitasnya. Hanya saja, mungkin semua orang juga tau, kalau Marapi akan kembali bergejolak, entah itu cepat atau lambat. Yang jelas, untuk saat ini, adalah momentum bagi Salingka Marapi untuk kembali bangkit dari kehancuran yang ditimbulkan oleh Marapi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun