Dalam hal ini, Soekarno memberikan garis tebal yang jelas terhadap karakteristik paham kebangsaan yang asli, sesuatu yang memang dimiliki oleh masyarakat di Nusantara. Bahwa, paham kebangsaan kita adalah sesuatu yang bersifat positif. Sebagai penjelasan lebih lanjutnya, paham kebangsaan yang murni dari kemasyarakatan Nusantara bersifat membangun, membuat, dan mengorbankan sesuatu demi maslahat orang banyak. Dengan karakteristik dari paham kebangsaan murni di Nusantara ini, maka tidak sepenuhnya benar bahwa bentuk protes bukan satu-satunya jalan untuk mewujudkan paham kebangsaan bangsa. Dengan kata lain, paham kebangsaan yang instingtual bukan satu-satunya jalan. Juga, akan perlu adanya kesetaraan di dalam kemasyarakatan Nusantara. Bukan sistem masyarakat tiga tingkatan, seperti yang dipahami dan dipraktekkan di era kolonial. Apalagi, menyandingkan pada pribumi dengan anjing. Karena itulah, paham kebangsaan kita sepatutnya membangun kemasyarakatan yang lebih baik, dengan menciptakan sistem yang mampu mengarahkan para penduduknya menuju ke arah kebahagiaan.Â
Adapun cara-cara untuk membangkitkan paham kebangsaan anak bangsa, di antaranya:
Menjelaskan kepada masyarakat, bahwa kehidupan terdahulu adalah kehidupan yang lebih baik, lebih mulia, dan lebih terhormat kedudukannya. Hal ini dicerminkan dengan fakta, bahwa pernah berdiri Kerajaan-kerajaan hebat di bumi Nusantara. Bahkan, kerajaan-kerajaan hebat itu tidak eksklusif di salah satu periodisasi saja. Melainkan, ada di setiap periodisasi, baik di era Hindu-Budha, maupun era Islam;
Menegaskan kepada masyarakat, bahwa kehidupan mereka saat ini adalah kehidupan yang lebih buruk, lebih sengsara, lebih hina. Dapat dipahami dengan mudah, bahaa di era kolonial itu, plakat Verboden voor Honden en Inlander bertebaran di banyak tempat. Pribumi yang secara turun-temurun mendiami tanah, mereka malah dibatasi aksesnya ke beberapa fasilitas. Itupun hanya salah satu dari beberapa contoh ketidakadilan perlakuan terhadap para pribumi;
Menyadarkan masyarakat, bahwa sejatinya masih ada jalan keluar dari kegelapan tersebut. Jalan yang mengarahkan kepada kehidupan yang lebih baik.Â
Disarikan dan dikembangkan ide-idenya dari Buku Indonesian Political Thinking 1945-1965, karya Herberth Feith dan Lance Castle. Pemikiran Soekarno ini dapat dilihat secara lengkap di halaman 29-32.