Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Cuaca Panam 4 Juli 2023

5 Juli 2023   00:25 Diperbarui: 5 Juli 2023   00:36 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Daerah Panam pada pagi hari berawan. Bisa jadi, itu penyebab suhunya tidak terasa begitu panas. Kesejukan awan itu bertahan tidak lama. Menjelang jam sepuluh hingga pertengahan hari, langit kembali cerah dengan sedikit awan berselancar di langit. Perlahan tapi pasti, udara khas Pekanbaru yang panas mulai terasa. Walau, sedikit angin bisa menyejukkan. Selepas Zuhur, keadaan yang semula cerah perlahan berubah menjadi cukup gelap, walau tidak sepenuhnya mendung. Dari arah Utara Panam, awan yang dikira mendung dapat dilihat. Selepas Ashar, awan gelap terurai dengan sedikit air yang menetes ke bumi. Dengan percikan cahaya yang menyilaukan mata. 

Ketika waktu terbenam matahari mendekat, ufuk barat menampilkan hal yang istimewa. Ufuk barat terlihat berwarna keemasan dari Jalan Soebrantas. Pada kenyataannya, setengah ufuk terlihat ditutupi oleh awan. Namun, tidak semua langit barat ditutupi awan. Persis di garis peredaran matahari saja. Awannya tidak terlalu pekat. Nampaknya, berkat awan itulah, ufuk barat yang tertutup menjadi indah olehnya.

Sebuah kolom awan Cumulonimbus raksasa terlihat dari pelataran Rumah Makan Bagindo di Jalan Taman Karya. Kira-kira, berada di langit Utara dari sudut pandang Panam. Bersamaan dengan terpaan cahaya senja yang kemerahan. Perpaduan warnanya menjadi putih berbalut merah. Dari jarak segitu, terlihat tiga atau lima puncak Cumolonimbus, yang kecil-kecil.

Baca juga: 4 Juli 2023

Ba'da Maghrib, cuaca masih mendung. Hanya kegelapan yang bisa disaksikan di langit sekitaran Panam. Palingan, menjelang waktu Isya, di sekitar Jalan Manunggal, sempat terlihat satu bintang. Sebelum awan kembali menyapu pandangan. 

Ketika para jemaah masih berdzikir di masjid masing-masing, bulan purnama yang besar muncul. Naik perlahan-lahan menuju puncaknya. Sayang, samudera awan membatasi ruang pandang. Cahaya bulan pun tidak bisa menembus keperkasaan mendung malam ini. Cuman, ketajamannya tidak dapat dielakkan. Separuh bagiannya ditelan hitamnya awan, separuh di bawah memancar dengan penuh pesona. Selama sepuluh menit, sisa cahaya masih memikat siapapun pengamatnya.

Menjelang tengah malam, suasana langit malam di Panam masih gelap gulita. Bukan sekedar kata kiasan, sebab langit Panam seperti ditutupi sepenuhnya oleh awan. Cahaya bulan sepenuhnya menghilang. Ditambah terpaan angin yang membawa rasa curiga. 

Baca juga: Dua Kali Enam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun