Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Diary

4 Juli 2023

4 Juli 2023   17:06 Diperbarui: 4 Juli 2023   17:22 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memulai pagi dengan membaca beberapa tulisan di Kompasiana. Salah satunya adalah puisi. Secara kebetulan, puisi tersebut merujuk kepada pohon pisang. Kebetulan sekali, sebab kemarin kami baru saja membaca artikel tentang manfaat pohon pisang. Hari ini, kami membaca puisi tentang kuasa dan Rahmat Yang Maha Kuasa melalui pohon pisang. Sekali lagi, keberadaan pohon pisang di alam kita perlu disyukuri sedalam-dalamnya. 

Lalu, ada sebuah cerpen tentang permen Kiss. Bagi yang seangkatan dengan kami, pastinya memahami bahwa permen Kiss terkenal bukan sekedar rasa manisnya, tetapi tulisan-tulisan yang dimuat di kemasannya. Pada masanya, tulisan-tulisan ini berhasil menggaet perhatian kaum muda. Konon, tulisan-tulisan di kemasan permen Kiss dapat diandalkan, andaikata si pemuda canggung untuk mengungkapkan perasaan kepada pujaan hatinya. Tapi, itu pemaknaan yang terlalu sempit untuk permen Kiss. Nyatanya, tulisan-tulisan tersebut juga banyak dimanfaatkan sebagai media mengakrabkan diri. Berbagai celotehan dan senda-gurau dihasilkan dari sebungkus permen Kiss. 

Di kategori Diary, ada seorang penulis yang begitu rinci menjelaskan kehidupannya dalam satu hari. Menarik, sebab ini seperti membaca catatan-catatan keseharian orang-orang pada zaman dahulu. Memang, namanya saja diary walau tidak privat amat. Hanya saja, menurut kami cara bernarasinya perlu diperhalus agar membacanya tidak terlalu membosankan. 

Baca juga: 3 Juli 2023

Sebuah artikel yang menarik dari Pak Felix Tani hadir dan telah kami baca. Pembahasannya menarik. Kata-kata yang kawin dan beranak Pinak dan kawin lagi hingga terbentuklah dunia literasi. Begitulah Pak Felix Tani memulai tulisannya. Sebelum akhirnya, tanpa disangka-sangka muncul suatu istilah canggih baru, serenpiditas. Sangat canggih istilahnya. Pada hakikatnya, serenpiditas merujuk pada hal-hal menarik yang ditemukan, tapi tidak diintensikan agar ditemukan. Intinya, ketemu di tengah perjalanan, tapi hal tersebut berharga juga. Begitulah, dalam perjalanan tulis-menulis Pak Felix Tani di Kompasiana. Tidak selama hal yang telah direncanakan sepenuhnya berjalan sesuai rencana. Terkadang, ada unsur serenpiditas. Serenpiditas ini juga kami dapati ketika coba-coba menulis. Suatu kejadian yang mengalir begitu saja. Walau jumlah views kami hanya seberkas cahaya dibandingkan jumlah views artikelnya Pak Felix Tani.

Lalu, sebuah puisi tentang kenangan. Sekilas, temanya terasa pasaran. Kenangan. Tapi, berbicara soal tulisan, jangan buru-buru menganggap sesuatu pasaran. Lebih baik, dicara dan dipahami terlebih dahulu. Pada hakikatnya, puisi ini menggambarkan rasa nostalgia. Secara singkat, tentang masa kecil dan perbandingannya dengan masa sekarang. Dalam perjalanan waktu, semua kenangan tentang hutan dan teman-teman. Sebelum kembali ke masa sekarang. Dalam renungan, teringat pula masa depan. Akhirnya, sampailah kepada sebuah kesimpulan: Menua itu pasti. Secara tersirat, kita semua pasti akan menemui ajal. Hanya saja, ajal yang tidak dapat dielak jangan sampai membuat kita lupa, bahwa kenangan baik akan diri kitalah yang akan membuat kita abadi.

Setali tiga uang, artikel Pak Tjiptadinata Effendi menjelaskan bahwa rasa syukur adalah hadiah terbesar dalam hidup. Kita lahir, tumbuh, menua, tetapi sepanjang jalannya usia banyak nikmat dan karuniaNya yang luput dari pemahaman kita. Terkadang, keluputan itu membuat kita semua lupa diri, dan merasa lebih di atas Tuhan. Sebaiknya, jangan begitu. Susah atau senang, rasa syukur wajib ada. Juga, kami berharap jika diberi umur yang panjang, kami juga bisa menikmati hari dalam rasa syukur. Tidak lupa, sembari terus 

menulis. 

Baca juga: Tangguhnya Amarah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun