Tulisan ini telah ditayangkan di website kecil-kecilan kami, Jurnal HarianÂ
Kisah ini memang jauh terjadi wilayah kami menetap. Kisah ini memang terjadi tidak di depan mata kepala kami. Kisah ini memang terjadi dan menimpa pihak yang sama sekali tidak kami kenali. Akan tetapi, bukan berarti kami menutup mata dengan kejadian ini.Â
Kejadian jauh di Nusa Tenggara Timur sana. Seorang warga merenggang nyawa di dalam sebuah mobil pickup. Sejatinya, dia sedang dibawa oleh mobil pickup agar bisa mendapatkan perawatan lebih baik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) setempat. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di kampungnya menyarankan rujukan kepadanya ke RSUD. Malang tidak dapat dielakkan. Mobil pickup yang membawa sang warga harus menempuh jalanan yang rusak. Jelaslah, walau sekelas pickup pun, perjalanan menjadi terhambat.Â
Sebenarnya, tidak ada lagi yang bisa dinarasikan lebih dari titik ini. Secara logika sederhana saja, kita semua sudah paham. Kenapa bisa sang warga meninggal. Hanya saja, sebab kejadian ini terjadi di tanah air, kita menjadi mengingat kembali betapa banyak kasus serupa pernah diangkat ke media dulunya. Ternyata, setelah sekian tahun, kisah-kisah memilukan seperti ini masih belum menghilang sepenuhnya dari negeri ini.Â
Selayaknya sebuah klise tentang dunia Maya, itu barulah kisah yang viral dan diangkat oleh media. Selayaknya gunung es, banyak kasus-kasus lain yang terpendam jauh di dasar lautan fakta-fakta ironis di negeri ini. Bahkan, tetap ada kemungkinan bahwa kasus dengan kemirisan serupa bisa terjadi di kota-kota besar. Kalaupun infrastrukturnya mantap, malah bagian administrasinya yang menghambat.Â
Sang Camat yang kehilangan warganya, dia memberikan keterangan yang terkesan upaya mengelak dari kesalahan. Dia menjelaskan bahwa sang warga memang sudah sakit keras dan sudah kodratnya meninggal. Hasil komunikasinya dengan pihak Puskesmas yang memberikan rujukan kepada sang warga, sang warga itu memang bisa saja meninggal entah di jalan atau di rumah sakit.
Ini hanya urusan takdir.Â
Ditulis di Pekanbaru pada 6 September 2022
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H