Buah pikiran ini telah ditayangkan di kolom komentar ePusnas. Di judul yang sama dengan nama akun Arya Bayu Anggara.
Sebuah rimba bernama kehidupan memang rimbun dan sukar dijamah. Rimba itu mengandung pepohonan berkanopi, anggrek, dan dedaunan-rerumputan obat. Tidak lupa, banyak mata air dan telaga penyejuk dan pelepas dahaga. Akan tetapi, jangan pernah lupa bahwa rimba tetaplah rumah bagi binatang-binatang jalang. Para pemangsa. Para parasit. Para tumbuhan beracun.
Ketika memasuki rimba, yang diperlukan hanyalah seorang pendamping yang baik. Yang cekatan. Yang berpengetahuan. Hal terpenting, pendamping itu juga mestilah seorang pendengar yang baik.Â
Selama perjalanan melewati rimba, banyak hal yang akan dilihat. Di bawah kanopi-kanopi hutan, segala spesies bersiap menyambut kita. Jangan lupa, bahwa juga banyak yang bukan orang bersemayam di dalam rimba. Jika akal dan hati tidak mantap, maka pastilah tersesat.
Awal Pendakian adalah keniscayaan. Rintangan rimba bukan sekedar jalur landai. Terkadang banyak bukit, bahkan gunung harus didaki. Tapi, janganlah khawatir. Jadikan pengalaman dan pengetahuan sebelum pendakian sebagai modal berharga. Jangan pula sampai melupakan teman yang selama ini berada di sisi.Â
Begitulah adanya hidup. Tidak masalah jika sesekali kita mengadakan muhasabah. Jujurlah pada diri sendiri. Juga, di tengah rimba yang luas, selalu ada langit sebagai tempat melepas kegelisahan. Ingatlah entitas di atas. Berharaplah akan nikmatNya. Setelahnya, barulah memulai langkah awal di sebuah awal pendakian yang panjang.
Ditulis di Pekanbaru pada 2 Agustus 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H