Artikel opini ini telah dimuat sebelumnya di situs blog pribadi kami Jurnal Harian dengan judul yang sama pada tanggal 27 Agustus 2022
Ferdy Sambo menjadi topik perbicangan anak bangsa selama satu bulan ini. Semua perhatian disedot olehnya. Awalnya, orang-orang tidak peduli, dia siapa? Entah dia seorang pejabat penting di instansi kepolisian republik ini.
Berawal dari sebuah kasus tembak-menembak yang terjadi di rumah dinasnya. Sayangnya, kasus ini telat diungkap ke publik selang beberapa hari setelah Brigadir J tewas secara misterius. Versi awalnya, Brigadir J lah yang ditenggarai sebagai penyulut dari adegan tembak-menembak itu. Konon, Brigadir J melakukan pelecehan kepada istri dari Ferdy Sambo. Hingga, Bharada E harus melepaskan tembakan sebab Brigadir J memberi ancaman. Versi awal tembak-menembak sudah tidak bisa dielakkan dari titik ini.
Justru versi awal inilah yang sulit masuk ke dalam ranah bawah sadar publik. Rasa curiga akan adanya kecurangan selalu terbuka. Logika masyarakat bergerak secara kasar untuk membongkar setiap keganjilan yang ada. Sampai-sampai menyebabkan banyak pejabat tinggi negara turun gunung agar kasus ini bisa mendapatkan jalan keluar yang diharapkan. Pada akhirnya, sebuah kebenaran yang mengejutkan dibuka ke ranah publik.Â
Semua versi tidak lebih dari skenario yang direncakan oleh Ferdy Sambo!Â
Tembak-menembak, lebih tepatnya disebut penembakan berencana. Sebuah kegiatan mencabut nyawa yang dipikirkan oleh sang jenderal, dan dibantu oleh beberapa bawahannya. Sebuah lingkaran setan sistem pangkat dan budaya militeristi. Yang berada di bawah terpaksa mengikuti arahan dari atasan. Tidak bisa mengelak. Mau bagaimana lagi.Â
Skema besar yang dirancang oleh Ferdy Sambo dibantu oleh puluhan polisi yang kelak juga terkena getah dari kegiatan ini. Sekarang, semua skema telah dibeberkan ke publik lengkap dengan pihak-pihak yang ikutan terseret. Yang jelas, sang pemikir utama Ferdy Sambo harus menghadapi berbagai tuduhan, baik secara pengadilan sipil ataupun pengadilan kode etik kepolisian.
Malang benar dirinya, pengadilan kode etik kepolisian telah berlalu dan memutuskan satu keputusan yang menyenangkan bagi publik, tapi tidak bagi Ferdy Sambo.
Sang jenderal tidak berapa lama lagi akan dilucuti dari posisinya!Â
Dia diberhentikan secara tidak hormat. Sebuah akhir karir yang menyedihkan bagi seorang perwira polisi. Ferdy Sambo memang berusaha untuk banding dari keputusan pengadilan kode etik. Tapi, kemungkinan sia-sia juga. Kasarnya, si Ferdy Sambo hanya tinggal menunggu upacara pelucutan. Tapi, itu bukanlah akhir baginya. Pengadilan sipil menunggu dirinya. Pada masa itulah pelanggaran pidananya diputuskan.Â
Jika dilihat dari besarnya kasus yang menjeratnya, ada kemungkinan pengadilan pidanya Ferdy Sambo akan disiarkan secara langsung di berbagai platform media. Jelaslah masyarakat ingin kebenaran, ingin keterbukaan, dan ingin drama.