Bus berjalan pelan. Melewati Jalan Bupati yang sepi di hari minggu. Kiri-kanan hanya terlihat perumahan penduduk. Sekali lagi, sepi. Kecuali beberapa anak berlarian tanpa arah. Bercanda riang. Kelihatannya mereka menyaksikan konvoi bus-bus siput kami. Tidak lama berselang, mereka berteriak dalam bahasa sendiri. Para siswi meneriaki balik. Sisanya sekedar melihat tanpa ekspresi.
Tibalah masanya bus meninggalkan Jalan Bupati. Melewati perumahan. Melewati anak-anak suka teriak. Melewati simpang empat mini. Melewati beberapa motor pendiam. Sampailah di dekat sebuah tempat terasing. Banyak bus lain yang masuk ke dalamnya. Sekejap gerbang dibuka, sekejap pula gerbang kembali ditutup. Jalan Kubang Raya menanti. Sesuai namanya sebab ada beberapa kubangan jin di sepanjang jalan. Bahkan satu kubangan besar berada tepat di depan sebuah institusi mulia. Kebanggan Riau. Tapi, apalah daya. Nasib malang sebab kubangan jin tidak dapat dihindari. Santer juga banyak berita kecelakaan terjadi di kubangan jin raya itu. Salah satunya korbannya kelak justru berada di atas salah satu konvoi bus siput ini.
Perjalanan mesti dilanjutkan. Kubangan demi kubangan telah dilewati bersusah payah. Pada akhirnya, badai kubangan jin itu berhasil kami lewati dengan keselamatan. Selamat tinggal jin. Begitulah pikir kami. Hanya membayangkan para anak jin melambai-lambai di kubangan di belakang. Mereka sadar kalau perpisahan ini hanya sesaat. Palingan malam nanti konvoi kami akan kembali. Melewati kubangan-kubangan itu lagi. Para anak jin tertawa riang. Bahkan sekedar mereka para anak jin membayangkannya saja. Terlebih, malam nanti induk semang mereka sudah janji akan datang. Ikut nimbrung menggoda pengendara yang lewat. Termasuk kami.
Ditulis di Pekanbaru pada 25 hingga 26 Juli 2022
Pembaca budiman dapat membaca tulisan sebelumnya di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H