Mohon tunggu...
ARY RACHMAN
ARY RACHMAN Mohon Tunggu... Lainnya - .

Nama : Ary Rachman NIM : 5130020064 Kelas : 1B Prodi : S1 Manajemen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Seruang Secangkir

12 Mei 2021   02:41 Diperbarui: 12 Mei 2021   02:48 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya menempuh pendidikan di suatu tempat yang banyak orang menyebutnya sebagai pondok pesantren. Selama enam tahun saya belajar berbagai hal seperti pendidikan formal maupun non formal, mengaji, juga belajar tentang bagaimana nanatinya terjun di masyarat luas. Pendidikan bermasyarakat saya dapatkan dari guru maupun teman. Di pondok saya ada sebuah majelis yang kita namakan ahlul qohwa dimana dalam sebuah majelis tersebut terdapat berbagai topik pembahasan dan gurauan.

Pada malam yang sunyi setelah jam muadalah selesai aku dan temanku pergi ke kantin membeli kopi untuk pelengkap diskusi. Setelah dari kantin aku dan temanku muali mencari ruang yang dimana ruang itu tak penuh dengan suara teman-teman yang lain karna tujuan kita berdiskusi untuk mencari inovasi dan motivasi. Di dalam majelis ahlul qohwa kami berfikir bahwa santri harus bisa segalanya bah itu jadi guru, ulama ataupun jadi konglomerat dan semua itu harus di wujudkan dengan bergerak nyata bukan sekedar kata. 

Dari hasil diskusi tersebut aku dan temanku mempunyai inovasi yang akan membuat kedai, di mana kedai tersebut bisa bersaing dengan kedai-kedai yang nama sudah besar. Berawal dari itu sebelum hari kelulusan pondok kami lebih sering berdiskusi gimana caranya mambangun sebuah UMKM, gimana cara cari modalnya, dan apa saja menu-manu yang akan di sajikan.

Singkat cerita kami sudah lulus dari pondok dan sudah berkuliah di kampusnya masing-masing dan kedai yang kami impikan tersebut akhirnya terwujud meskipun itu terlihat sederhana dan kami juga menamakan kedai itu dengan nama kedai rajut yang artinya kita sebagai pemuda harus mempunyai cita-cita yang besar dan setinggi-tingginya.

Tugas ini ditulis sebagai tugas matakuliah Bahasa Indonesia yang diajar oleh beliau bapak Rudi Umar Susanto.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun