Ada tulisan klasik seorang pujangga Jawa tersohor namanya Rangga Warsito, yang ditulis pada abad 19, dengan judul diatas. Dalam tulisannya, beliau mengkritisi generasi baru di lingkungan kraton Jawa yang hidup dibawah pengaruh budaya Barat (Belanda). Dengan latar belakang pesantren (Tegal Arum, Ponorogo), beliau bisa melihat kondisi kontras antara kerajaan Islam Jawa yang harusnya nilai-nilai Islam diterapkan dengan pemerintah Hindia Belanda yang kafir dan tidak mengenal larangan khamr (minuman keras), larangan zina (seks bebas), dan tata krama lainnya yang seharusnya dijunjung tinggi di tanah Jawa.
Rangga Warsito melihat banyak kalangan elit kraton yang luntur jati-diri mereka dengan ikut-ikutan minum arak, gandrung dengan noni-noni Belanda, atau bahkan sampai menjual agamanya dengan ikut-ikutan masuk Kristen. Itulah jaman edan yang berlaku saat itu. Aneh tapi nyata. Namanya kesultanaan Islam Jawa, tapi para elitnya "Londo Ireng" (orang Belanda berkulit hitam).
Untaian sajak "jaman edan" bisa diartikan berikut: "Mengalami jaman gila, orang dihadapkan pada pilihan yang sulit: kalau tidak ikut "gila" maka tidak mendapatkan bagian kenikmatan. Tetapi sebaik-baik orang adalah yang sadar dan tidak ikut menjadi gila".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H