[caption id="attachment_358962" align="aligncenter" width="620" caption="Wajah Bendung Katulampa bulan Oktober lalu. Foto : dokumen Sekolah Alam Katulampa, 2014."][/caption]
[caption id="attachment_358964" align="aligncenter" width="620" caption="Batu penanda nama Bendung Katulampa. Foto: dokumen Sekolah Alam Katulampa, 2014."]
Nama Katulampa rasanya tidaklah asing bagi warga Jabodetabek pada khususnya dan Jawa Barat pada umumnya. Ya, desa inilah berdiri Bendung besar yang selama ini dikenal sebagai menjadi pengendali dan penanda banjir kiriman dari Bogor. Kala musim hujan tiba dan curah hujan mencapai puncaknya di Bogor, warga Kota Jakarta dan sekitarnya senantiasa memantau ketinggian air di Bendung Katulampa. Mereka menanti kabar ada tidaknya banjir yang akan datang menyapa.
Sejak dibangun oleh pemerintah Kolonial Belanda pada 1912, keberadaan Bendung Katulampa terus mengalami perubahan dan perbaikan. Hal ini tidak terlepas dari usia bangunan Bendung Katulampa itu sendiri. Disamping itu banjir yang datang silih berganti menjadikan Bendung Katulamparawan akankerusakan dan perlu terus dijaga kekuatan bangunannya. Dalam bukunya Gagalnya Sistem Kanal : Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa Ke Masa karyaRestu Gunawan, Bendung Katulampa merupakan bangunan peninggi air (weir). Terletak di Bogor Timur, keberadaan Bendung Katulampa ini pada dasarnya memiliki dengan dua fungsi utama. Pertama untuk irigasi sawah dan pengangkutan barang pelayaran melalui Kali Baru Timur dan kedua, untuk penggelontoran air Ciliwung melalui Katulampa Dam (Bendung Ciliwung Katulampa) ke Bogor, Depok, dan Jakarta (Kompas,4/12).
[caption id="attachment_358965" align="aligncenter" width="1009" caption="Skala pengukur ketinggian air di Bendung Katulampa. Foto : dokumen Sekolah Alam Katulampa, 2014."]
[caption id="attachment_358968" align="aligncenter" width="619" caption="Bersama siswa dan guru melihat lebih dekat Bendung Katulampa. Foto : dokumen Sekolah Alam Katulampa, 2014."]
Pada medio Oktober lalu kami, warga Sekolah Alam Katulampa berkesempatan untuk mengunjungi Bendung Katulampa sebagai bagian kunjungan edukatif sekolah. Kami pun melihat bendung yang memiliki panjang 74 meter ini lebih dekat dan beraudensi dengan sang penjaga bendung. Sebagai peninggalan pemerintah Kolonial Belanda, Bendung ini cukup dikatakan kokoh walau terdapat beberapa kerusakan akibat terpaan banjir. Di salah satu bagian dinding beton tergambar skala pengukur ketinggian air yang selama ini menjadi tolok ukur keadaan siaga banjir yaitu dibawah 50 cm dikategorikan normal, siaga empat bila ketinggian air mencapai 50 - 80 cm, siaga tiga berskala 80 - 150 cm, siaga dua bila tinggi air 150 - 200 cm dan puncaknya siaga satu bila ketinggian air mencapai lebih dari 200 cm.
[caption id="attachment_358969" align="aligncenter" width="617" caption="Melihat proses pengaturan air di Bendung Katulampa. Foto : dokumen Sekolah Alam Katulampa, 2014."]
Di dekat bendung ini pula berdiri bangunan kantor yang cukup sederhana. Disinilah kami disambut dengan hangat para penjaga yang selalu siap siaga dengan dengan mengandalkan radio transmisi melalui handy-talky dan closed circuit tv (CCTV) dan yang terpasang di beberapa area bendung, memantau ketinggian air secara berkala.
Melalui share your dream inilah, guru dan siswa Sekolah Alam Katulampa ingin membuat program Bendung Katulampa menyapa Indonesia bareng Indosat. Mengapa program ini kami gagas? Pertama karena fungsi sentral Bendung Katulampa itu sendiri yakni sebagai bendung pengendali dan penandabanjir bagi warga Jakarta, Depok dan kota-kota sekitarnya. Bendung Katulampa perlu difasilitasi akan akses informasi melalui salah satunya melalui internet sehingga diharapkan dengan akses ini Bendung Katulampa akan mengoptimalkan early warning system (sistem peringatan dini).
[caption id="attachment_358970" align="aligncenter" width="621" caption="Layar pemantau CCTV di Bendung Katulampa. Foto : dokumen Sekolah Alam Katulampa, 2014."]
Sistem peringatan dini dalam menghadapi bencana banjir kiriman dari Bogor sangatlah penting, mengingat secara geologis dan klimatologis, Kota Jakarta, Depok dan termasuk daerah rawan bencana banjir. Dengan ini diharapkan akan dapat dikembangkan upaya yang tepat untuk mencegah atau paling tidak mengurangi terjadinya dampak bencana banjir bagi masyarakat ibukota dan sekitarnya. Belajar dari pengalaman dalam penanggulangan bencana banjir, sistem peringatan dini seperti untuk peringatan bencana banjir kiriman Bogor ini mutlak sangat diperlukan. Semakin optimal fungsi sistem tersebut maka akan semakin banyak jiwa atau harta benda yang akan diselamatkan.