PON Sulawesi Tengah vs Aceh: Kekerasan Terhadap Wasit dan Pelanggaran Nilai-Nilai Pancasila
Disusun oleh: Arvian Yoga
Mahasiswa S1 Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta
Pekan Olahraga Nasional (PON) merupakan event olahraga terbesar di Indonesia yang diadakan setiap empat tahun sekali. Pada tahun 1984, PON pertama kali di gelar di Solo, Jawa Tengah. Tujuan Pekan Olahraga Nasional I adalah menunjukkan kepada dunia, khususnya London bahwa Indonesia telah menjadi negara yang berdaulat sepenuhnya. Pada Oktober 2021, Pekan Olahraga Nasional ke 20 yang diselenggarakan di Provinsi Papua. Pelaksanaan PON XX di Provinsi Papua terbilang sukses. Menurut Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali menyebutkan bahwa adanya dampak PON XX terhadap perekonomian papua yaitu usaha kecil dan menengah (UKM) diuntungkan hingga empat kali lipat dari biasanya dan PON XX sukses menciptakan 3 rekor internasional dan 90 rekor nasional. Menurut Presiden Joko Widodo, PON pertama kali di Papua menunjukkan pertumbuhan Papua dengan adanya kesiapan infrastruktur untuk menyelenggarakan acara olahraga di tingkat nasional sekaligus bangga memiliki Stadion Lukas Enembe yang merupakan stadion terbaik di Asia Pasifik.
Pancasila merupakan dasar dari segala hal di Indonesia, termasuk dalam urusan olahraga. Pancasila dapat menjadi pedoman bagi olahraga di Indonesia, baik bagi atlet maupun pengelola olahraga. Dengan mengikuti nilai-nilai Pancasila, semua pihak dapat menciptakan lingkungan olahraga yang saling menghargai, kompetitif, adil, dan bermoral. Dengan adanya Pancasila, para atlet dapat berkompetisi dengan sikap sportif, sehingga menciptakan iklim olahraga yang kondusif di Indonesia. Pancasila juga dapat menjadi pedoman bagi pengelola olahraga untuk memelihara keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan kepentingan moral dalam olahraga. Dengan demikian, Pancasila merupakan dasar penting dalam menciptakan iklim olahraga yang sehat di Indonesia . Pancasila merupakan landasan yang menjadi fondasi bagi pembangunan olahraga di Indonesia. Peran penting Pancasila dalam olahraga tercermin melalui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti persatuan, kesatuan, keselarasan, dan keadilan. Pancasila dapat membantu menciptakan suasana yang sportif dan menciptakan semangat untuk saling berbagi dan menghormati satu sama lain di lingkungan olahraga. Dengan demikian, Pancasila diharapkan dapat menjadi dasar dalam menciptakan suasana olahraga yang baik untuk meningkatkan kualitas atlet dan prestasi olahraga di Indonesia.
Kericuhan dalam laga ini bermula saat wasit Eko Agus Sugiharto memberikan sejumlah keputusan yang memicu protes dari pihak Sulawesi Tengah. Pada menit ke-75, Eko mengeluarkan kartu merah untuk pemain Sulawesi Tengah, Wahyu Pori, setelah dinilai melakukan pelanggaran berbahaya terhadap Hercules, pemain Aceh. Padahal sebelumnya, insiden serupa yang melibatkan pemain Aceh, Irza Rahmad, terhadap pemain Sulteng, Abd. Sabir, tidak diberikan hukuman yang sama. Hal ini memicu ketegangan di lapangan. Puncak kericuhan terjadi di menit ke-97 ketika Eko memberikan penalti kepada Aceh setelah pemain mereka, Muhammad Nur Mahyuddin, dianggap dijatuhkan di kotak penalti. Tayangan ulang menunjukkan bahwa Mahyuddin melakukan diving, tetapi wasit tetap memberikan penalti. Keputusan inilah yang memicu reaksi keras dari pemain Sulawesi Tengah, Muhammad Rizki, yang melayangkan pukulan ke wajah wasit Eko. Wasit terjungkal dan segera dilarikan ke luar lapangan menggunakan ambulans setelah mendapatkan perawatan.
Ketidakadilan dan ketidakberadaban jelas terjadi ketika seseorang memukul atau melukai orang lain secara fisik. Dalam PON, wasit harus dihormati karena bertindak sebagai penegak aturan. Sebuah serangan terhadap seorang wasit yang merusak martabat manusia secara keseluruhan. Sila kedua menekankan betapa pentingnya memperlakukan semua orang dengan adil, terlepas dari peran mereka dalam pertandingan. Kekerasan ini menunjukkan moralitas yang rusak dan pergeseran perspektif kita tentang kemanusiaan. Oleh karena itu, olahraga seharusnya berfungsi sebagai alat untuk memperkuat persatuan bangsa daripada memecahkannya. Sebagai acara nasional, PON dimaksudkan untuk menjadi tempat di mana seluruh provinsi Indonesia dapat berkumpul untuk berkompetisi secara sehat. Kekerasan, seperti pemukulan wasit ini, menghilangkan rasa solidaritas dan digantikan oleh egoisme, ambisi berlebihan, dan nafsu untuk menang dengan cara apa pun. Olahraga seharusnya membangun kohesi sosial, tetapi tindakan ini mengancam rasa persatuan nasional.
Akibat kejadian ini nasib wasit di laga Aceh vs Sulteng PON 2024 bisa mendapat sanksi seumur hidup. Hali ini disampaikan oleh Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, pihaknya akan melakukan penyelidikan mendalam atas kasus yang terjadi pada perempat final cabang olahraga sepak bola pada PON XXI 2024 antara Aceh melawan Sulawesi Tengah (Sulteng). Investigasi akan dimulai dari kepemimpinan wasit, untuk melihat lebih lanjut tentang dugaan pengaturan pertandingan. Di sisi lain, Erick Thohir juga menekankan, tindakan brutal dari pemain Sulteng tidak bisa dibenarkan dan pasti akan berujung kepada hukuman berat. Erick memastikan oknum yang melakukan kecurangan dari pertandingan ini akan mendapatkan hukuman. Pria yang juga menjabat Menteri BUMN itu memastikan PSSI bakal memberikan sanksi berat.
PSSI mengecam keras tindakan memalukan dan tidak sportif yang terjadi di cabang olahraga sepak bola PON XXI Aceh-Sumut 2024. PSSI juga akan melakukan investigasi mendalam untuk kepemimpinan wasit yang kontroversial dan menguntungkan salah satu tim yang bertanding. Â Peristiwa ini mencoreng kehormatan sepak bola Indonesia. Tidak ada toleransi untuk pihak yang tidak menjunjung tinggi sportivitas dan komitmen fair play di sepak bola Indonesia.
Dapat disimpulkan bahwa PON 2024 akan mencerminkan keadaan olahraga nasional. Di satu sisi, kompetisi ini menunjukkan potensi besar olahraga Indonesia untuk menghubungkan orang-orang di seluruh negara dan mendorong kemajuan. Sebaliknya, peristiwa kekerasan tersebut menjadi pengingat bahwa Indonesia masih memiliki banyak hal yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas olahraganya. Penting bagi pemerintah, federasi olahraga, atlet, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan olahraga yang bersih, sehat, dan menghormati sportivitas. Hasil evaluasi mendalam terhadap sistem penyelenggaraan olahraga Indonesia sangat penting. Pelatihan atlet, instruksi wasit, dan pengawasan pelanggaran adalah semua bagian dari evaluasi ini. Alhasil, PON berikutnya diharapkan lebih sukses dan menjadi contoh bagi kompetisi olahraga lainnya di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H