Mohon tunggu...
Arvia Maheswari
Arvia Maheswari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Televisi dan Film, Universitas Padjadjaran

Saya adalah seorang mahasiswa jurusan Televisi dan Film, Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tren Berpakaian ala Serial "Gadis Kretek" di Kalangan Anak Muda

2 Januari 2024   20:20 Diperbarui: 2 Januari 2024   20:38 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan ini, ramai dibicarakan series asal Indonesia yaitu Gadis Kretek. Serial ini dapat menarik perhatian penonton karena memiliki alur cerita yang sangat menarik dengan berlatar nuansa Jawa kuno. 

Serial ini memiliki latar waktu tahun 1964, yang mana secara tidak langsung pakaian yang digunakan di series ini disesuaikan dengan keadaan pada saat itu. Sang tokoh utama, yaitu Jeng Yah, yang memiliki karakter tegas dan berwibawa, hal ini didukung oleh pakaian yang dipakainya. 

Kebaya Janggan yang menyerupai pakaian pria pada zamannya ini berwarna hitam pekat dan berkerah tegak menambah kuat kesan karakter yang dibawakannya. Kebaya ini jarang digunakan oleh masyarakat biasa, tetapi lebih sering dipakai oleh wanita dari kalangan Keraton Yogyakarta saja.

Di Keraton Yogyakarta, pakaian abdi dalem harus berwarna gelap atau hitam, hal ini menjadi tanda pengenal mereka di lingkungan keraton.Warna hitam juga mencerminkan sifat kesucian dan ketakwaan dari kaum bangsawan perempuan. 

Janggan, yang berasal dari kata "jangga" yang artinya leher dalam bahasa Jawa, menggambarkan keindahan dan kesucian yang melekat pada kaum bangsawan perempuan di keraton. 

Sebagai hasilnya, kebaya janggan telah menjadi pakaian resmi bagi perempuan di keraton pada acara-acara penting seperti upacara. Bahkan, kebaya ini telah menjadi seragam sehari-hari bagi abdi dalem putri. 

Motif pada pakaian juga harus sesuai dengan status atau pangkat yang mereka miliki. Ini merupakan aturan yang telah ada sejak lama dalam sejarah Keraton Yogyakarta.

Kebaya Janggan memiliki simbol keilahian, keindahan, dan kesucian bagi wanita di keraton dan Jawa secara umum. Warna hitam pada kain janggan melambangkan ketegasan, kesederhanaan, serta kekudusan dan ketakwaan seorang putri. Hal ini menegaskan bahwa wanita memiliki kemampuan kepemimpinan dan ketegasan yang sejajar dengan pria.

Ada ketentuan khusus terkait penggunaan jarik atau kain bawahan pada kebaya janggan yang wajib diikuti oleh wanita di keraton. Jarik harus dililitkan dengan pola tertentu, dan ujung kain harus dibentuk dengan lipatan ganjil, sesuai dengan bentuk tubuh masing-masing.

Gaya berpakaian pada serial ini banyak menyita perhatian anak muda. Pasalnya, banyak anak muda khususnya kalangan milenial yang melakukan tren berpakaian ala serial Gadis Kretek ini lalu menguploadnya pada sosial media, khususnya tiktok. Karena tidak sedikit dari mereka yang baru mengetahui jenis kebaya ini. 

Para kaum wanita banyak yang ingin membeli bahkan menjahit kebaya ini secara sengaja untuk dipakai ke acara-acara tertentu, seperti menghadiri acara pernikahan dan acara formal. Mereka mengatakan bahwa bentuk kebaya janggan yang simple dan elegan ini sangat cocok untuk digunakan di acara-acara besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun