Kawan saya seorang direktur perusahaan terkemuka suatu ketika mengirimkan pesan melalui BlackBerry Messenger menanyakan kabar saya. “Saya sedang di luar kota,” kata saya seraya menyebutkan nama sebuah kota, “Saya sedang membantu teman-teman sebuah perusahaan, lokasinya di tengah hutan, sekitar 4 jam dari bandara.” Kawan saya menjawab, “Luar biasa Pak Arvan ini. Cari uangnya sampai sejauh itu. Hebat. Sukses ya.”
Saya terkesiap membaca pesan tadi. Cari uang? Apa benar saya sedang mencari uang sampai sejauh itu? Kalau hanya untuk mencari uang, buat apa saya bersusah-susah datang ke pelosok meninggalkan anak dan istri saya berhari-hari di rumah?
Pertanyaan-pertanyaan itu seakan tak sabar bermunculan di kepala saya. Seketika itu juga perasaan tidak nyaman menyergap diri saya. Apa benar saya bekerja untuk mencari uang? Mudah-mudahan tidak, walaupun bisa saja orang melihatnya seperti itu.
Sesungguhnya saya malah tidak pernah terpikir sama sekali bahwa saya bersedia mengunjungi tempat-tempat yang sunyi di berbagai pelosok Indonesia sekadar untuk mencari uang.
Bukannya saya tidak membutuhkan uang, tetapi kalau uang yang saya cari rasanya tawaran untuk pergi ke pelosok-pelosok ini akan saya tolak. Medannya seringkali cukup berat, waktu yang tersita juga cukup banyak, belum lagi harus meredam perasaan rindu karena berada jauh dari istri dan anak-anak. Tapi kenapa akhirnya saya memilih untuk melakukannya?
Karena ini memang misi hidup saya yaitu membantu para profesional, membuat mereka tercerahkan dan termotivasi, membuat mereka lebih sukses dalam pekerjaannya. Singkatnya, saya bekerja untuk melayani.
Saya tahu bahwa kalimat ‘bekerja untuk melayani’ masih terdengar asing bahkan aneh di mata sebagian besar profesional kita. Mungkin ada yang berpikir bahwa kalimat ini digunakan untuk menutupi motivasi yang sesungguhnya yaitu mencari uang.
Mungkin ada yang menyangka bahwa kalimat ini diperlukan agar pekerjaan lebih berkesan elegan. Bahkan mungkin juga ada yang menuduh saya munafik dengan mengatakan ini. Memangnya ada orang yang bekerja bukan karena mencari uang? Seorang peserta pelatihan bahkan pernah mengajukan pertanyaan langsung kepada saya: “Memangnya Anda mau bekerja kalau tidak dibayar?”
Ini sebuah pertanyaan yang bagus. Apakah saya dibayar oleh klien? Tentu saja itulah yang terjadi. Tapi bukankah klien saya juga dibayar oleh kliennya lagi? Dan bukankah kliennya klien saya itu juga dibayar oleh kliennya lagi? Demikian seterusnya. Jadi kalau saya tidak dibayar justru itu aneh dan menyalahi hukum keadilan.
Dibayar sesungguhnya adalah konsekuensi dari pelayanan yang kita berikan. Ia bukanlah tujuan bekerja, ia bukanlah sesuatu yang kita cari, tapi sesuatu yang kita dapatkan. Ia juga bukan satu-satunya yang kita dapatkan karena ada banyak
hal lain yang saya dapatkan dengan bekerja yaitu kepuasan batin, perasaan bermakna, perasaan menjadi orang penting, kemajuan dalam intelektualitas dan kompetensi serta mendapatkan persahabatan dan relasi.