Mohon tunggu...
titin sumarni
titin sumarni Mohon Tunggu... -

hanya ingin mengisi waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

7 Langkah dalam Mendidik Anak untuk Mencapai Kebahagiaan

15 Juni 2011   09:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:29 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak ingin memiliki keluarga bahagia. Setiap keluarga pasti menginginkannya. Kita semua ingin bahagia, dan kita ingin agar anak-anak kita juga bahagia karena kebahagiaan adalah salah satu tujuan hidup manusia. Orangtua akan berupaya mencari cara supaya kehidupan anak-anak mereka bahagia. Orangtua berani mengorbankan apa saja supaya anak-anak mereka bisa bahagia. Salah satu kunci untuk membahagiakan anak adalah cara mendidik mereka. Didikan yang salah dan tidak terarah, tentunya akan membawa mereka ke dalam lembah penderitaan. Di bawah ini, ada beberapa contoh yang dapat diambil untuk mendidik anak-anak dalam kehidupan mereka.

1. Rencanakan apa yang kita inginkan bagi anak kita.
Menurut Lori M Figueroa (Christian Therapist Notebook), “Anak-anak kecil mempunyai kebutuhan dasar untuk dikasihi dan merasa aman. Orangtua memegang peranan yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan dasar anak-anaknya. Tetapi sayangnya, perceraian, perpisahan, kematian, penelantaran, atau tindakan kekerasan seringkali menyebabkan kebutuhan ini terabaikan tidak terpenuhi.”

Untuk bisa memenuhi kebahagiaan anak dalam kebutuhan dasar ini, maka orangtua perlu menggambarkan apa yang ingin dibagikan kepada anak. Ada banyak rencana yang ingin dilakukan supaya anak bahagia. Namun semuanya itu butuh akan sebuah perencanaan yang matang. Setelah ada perencanaan dibutuhkan tekad dan komitmen untuk melaksanakan perencanaan tersebut.

2. Ajarkan anak untuk yakin tentang masa depannya.
Orangtua adalah guru dan contoh menjadi orang dewasa. Oleh karena itu, berusalah positif dengan pekerjaan Anda, dan jangan keluhkan kondisi ekonomi, karyawan maupun bos Anda di hadapan anak-anak Anda. Biarkan anak tahu bahwa orangtua akan memiliki cara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam keluarga. Bekerjalah jika Anda memiliki kesempatan, dan hargailah pekerjaan Anda.

Ketika mereka melihat bahwa orangtua bekerja dengan giat untuk kehidupan keluarga, maka mereka telah belajar untuk menghargai pekerjaan yang telah diberikan. Mereka akan berantusias untuk menyiapkan masa depan yang baik dengan pekerjaan yang akan mereka dapatkan.

3. Memuji anak secara tepat.
Julianto Simanjuntak dalam buku Ayah, Anak, Cucu mengatakan dalam memuji harus menggunakan kata-kata yang spesifik. Daripada melihat gambar mereka dan berkata, “Gambar yang bagus. Papa suka. Kamu memang yang terbaik”, akan jauh lebih baik jika Anda berkomentar, “Papa suka gambarmu, ceritakan tentang gambar ini. Papa bisa lihat gambar ini berarti banget buat kamu dan kamu memang punya bakat. Mama suka pita merah yang kamu gambarkan pada anjing itu.” Ungkapan “Ceritakan tentang gambar ini” membuat mereka tahu bahwa Anda ingin mendengar apa yang penting bagi mereka.

4. Menghargai dan Menghormati anak
Terkadang orangtua gampang untuk menjelekkan anaknya sendiri dihadapan orang lain, entah temannya, keluarga besar atau anggota masyarakat. Usahakanlah untuk tidak membicarakan masalah mereka di hadapan orang lain, sepertinya mereka hanyalah barang dan bukan orang. Orangtua harus berhati-hatilah dengan siapa mereka berbagi cerita mengenai permasalahan anak. Tidak semua orang perlu tahu kalau mereka masih mengompol, atau memiliki perilaku sangat pemarah. Mereka tidak memilih untuk berada dalam kondisi itu.
Di sisi lain, biarkan anak Anda mendengar bagaimana Anda memuji dan menceritakan kelebihan mereka saat mereka berpikir mereka sedang menguping. “ Tadi Andi sudah membantu mama menyiapkan meja saat makan makan.” “Sam telah bermain dengan sangat baik bersama dengan anak-anak yang lebih kecil saat saya harus mengerjakan sesuatu.” Saat Anda menceritakan kepada orang lain betapa Anda menghargai setiap usaha anak Anda, mereka akan termotivasi untuk semakin sering memberikan pertolongan bahkan merasa sebagai bagian yang penting dari keluarga.

5. Berikan kesempatan kepada anak-anak untuk memilih.
Sedari usia dini ajarkan anak untuk bisa memilih. Mulai dari memilih pakaian yang ingin dikenakan, memilih menu makanan yang ingin dimasak, memilih jenis mainan yang ingin mereka beli, dan sebagainya. Tentunya pilihan-pilihan yang ditawarkan harus sesuai dengan kemampuan berpikir dan kemampuan orangtua untuk mengabulkan pilihan mereka. Pilihan yang tidak sesuai dengan tingkat usia mereka harus ditolak dengan cara yang halus supaya tidak menimbulkan keraguan dalam diri mereka.

Ketika orangtua memberikan pilihan kepada anak-anak mereka, mereka sedang memberikan kekuatan dan kepercayaan diri kepada anak-anak.

6. Biarkan anak mengalami konsekuensi alami dari perbuatannya.
Apa yang ditabur itulah yang akan dituai. Terkadang anak selalu berusaha memaksakan kehendak mereka sendiri. Menuntut supaya keinginan mereka bisa terpenuhi. Sebagai orangtua kita perlu bijaksana untuk menghadapi mereka. Bila mereka malas untuk mengerjakan pekerjaan rumah (PR) mereka, sekali-kali biarkan mereka tidak mengerjakan pekerjaan rumah, dan pasti ada konsekuensi yang akan mereka dapatkan. Ketika mereka tidak menghabiskan makan malam, jangan paksakan mereka untuk menghabiskannya dan itu berarti mereka akan merasa lapar sebelum waktu tidur.

Ketika mereka mendapatkan konsekuensi dari perbuatan mereka, jangan menambahi dengan omelan, pukulan dan lain sebagainya. Berikan intervensi yang secukupnya untuk menyadarkan mereka bahwa itu adalah kelalaian mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun