Tanpa kita sadari bahwa kita sering kali mengamati segala hal menjadi informasi baru bagi indera kita. Dari sekian banyaknya informasi yang didapat, informasi ini memerlukan sebuah penyimpanan sensorik sementara dan penyaring sensorik yang rumit untuk membantu menumakan jenis dan jumlah informasi yang dikirimkan ke otak kita. Para peneliti mengenalkan berbagai teori presepsi dalam memamhami sensasi diproses menjadi presepsi sebuah pola atau subjek dan membantu manusia untuk memberikan cara memahami dunia. Teori yang pertama, presepsi konstruktif (construktive percepsion) , mengatakan bahwa manusia “mengkonstruksi “ presepsi dengan secara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensari dengan memori. Para konstruktivis berpendapat bahwa perubahan pola pada stimulus asli tersebut dapat dikenal karena terdapat interferensi bawah-sadar (unconscious interference). Teor i presepsi konstruktif ini ada hubunganya dengan pemrosesan “top-down” dan konsisten dengan sudut pandang dari psikologi kognitif tentang pengenalan pola visual. Teori yang kedua, presepsi langsung (direct precepsion) menyatakan bahwa presepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan.
Dalam teori gestalt memperkenalkan tentang cara kita mengorganisasikan dan megklasifikasikan stimulus pada abad ke-20, meskipun presepsi ini hanyalah bagian terkecil dari keseluruhan teori gestalt. Organisasi pola (pattern organization) merupakan kerjasama dari stimulus yang menghasilkan kesan dari gabungan seluruh sensasi, hal ini diungkapkan oleh para psikolog gestalt. Ada beberapa pola stimuli, menurut Max Wertheimer (1923 ), pendiri aliran gestalt, tampaknya diorganisasikan secara natural. Dalam gestalt terdapat peraturan yang digunakan antaranya , hukum kedekatan , hukum kesamaan, hukum penutup, hukum simetri, hukum kontinuitas, dan hukum nasib bersama.
Saat kita melihat orang yang kita suka,dia menjadi titik fokus mata kita. Yang kita tamati pertama adalah raut wajahnya ,matanya, bibirnya lalu kita melihat bagian bagian yang lainnya. Bagian bagian yang kita kenali tersebut sebagai seseorang yang kita kenal. Hal ini terkait dengan dua teori yaitu Teori yang pertama adalah Pemprosesan bottom-up (bottom-up processing) yakni teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh identifikasi terhadap bagian-bagian spesifik dari suatu pola, yang menjadi landasan bagi pengenalan pola secara keseluruhan. Teori kedua adalah pemprosesan top-down (top-down processing) teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh suatu hipotesis mengenali identitas suatu pola, yang diikuti oleh pengenalan terhadap bagian-bagian pola tersebut, berdasarkan asumsi yang belum telah dibuat.
Berikutnya kita mempelajari tentang adanya teori tentang cara otak mengenali pola dan objek dengan teori pencocokan template (template matching). Dalam teori menggunakan konteks pengenalan pola pada manusia, merujuk pada suatu konstruk internal yang , ketika disesuaikan atau dicocokan dengan stimuli sensorik, akhirnya terjadi pengenalan pada objek.
Analisis fitur (feature analysis) merupakan pendekatan terhadap problem bagaimana kita menyaring informasi dari stimulus rumit.
Pencocokan prototiple merupakan teori yang menjadi sebuah alternatif teori untuk menjelaskan pengenalan objek. Prototipe merupakan sebuah abstraksi dari suatu rangkaian stimuli yang mencakup sejumlah besar bentuk-bentuk serupa dari pola yang sama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H