[caption id="attachment_264364" align="aligncenter" width="275" caption="Sumber Gambar: www.kupunyaaci.com "][/caption]
Siang ini, terik seperti membakar ragaku. Peluh keluar dari pori-pori kulitku, perlahan seperti menguras energiku. Seperti tadi malam yang kita lalui, panasnya hasrat diantara kita mencipta keringat yang membasahi ranjang pelamin kita. Harapku ranjang itu akan jadi saksi pengabdian luhurku kepadamu, pun ketegasan ikhlasmu kepadaku. Ranjang jadi ladang ibadah kita, sebuah pengabdian atas nama cinta. Mungkin engkau juga paham akan itu, aku halal bagimu, pun engkau halal bagiku. Tak ada sangsi yang mesti dibuat, cukup kepasrahan, seperti rintihan mesra yang meluncur indah dibibir ranummu.
Di dalam istana kita kini, walau sederhana, nampak indahmu begitu meruah. Duniaku telah kutukar dengan surga yang biasa kita cipta. Sepertinya idiom "wajahmu mengalihkan duniaku" begitu tepat menghantam lapang dan sempitku. Kala dalam keluasan waktuku, mengingat senyum manismu dan lesung pipimu, sepertinya aku dalam kesempitan. Terpenjara aku dalam nuansa-nuansa yang tak bisa aku wakilkan dengan seulas senyum ataupun sebait puisi. Aku kecil dalam indahmu.
Pun kala dalam kesempitan waktuku, terbayang belaianmu, seketika terbuka padang hamparan ingin berbagi kasih. Bebas aku dalam sajak-sajak pujangga yang mencipta puji dan puja, bukan tentang apa dan siapa, tapi tentang noktah-noktah yang telah berpadu dan bersuasa dihadapanmu. Noktah telah berunifikasi dalam dimensi "aku dan kau". Ya..., sepertinya dunia ini hanya milik kita.
Perlahan dalam kegerahan siang, engkau berjalan mendekatiku. Seperti biasa, dalam keheningan istana kita, kala kita hanya berdua di dalamnya. Tak ada batas yang memisahkan kita, bukan sekedar raga, tapi jiwa kita telah menyatu. Tak ada lagi jilbab, tak ada lagi kerudung, tak ada lagi gamis, yang ada hanya keanggunanmu dan keelokanmu. Hanya aku dan Tuhan yang tahu lembar-lembar bukumu, lembut kulitmu, bukit dan lembahmu, dan hamparan-hamparan madani yang dicipta Tuhan padamu untukku. Ya..., hanya aku dan Tuhan yang tahu. Aku tak ikhlas membagi sesenti kepada makhluk yang lain. Kasih..., kau hanya milikku, siang ini, malam nanti, dan esok pagi. Forever always selalu aku bisikkan kala kuteguhkan ikrarku padamu.
Kau semakin mendekat, aroma tubuhmu melebihi aroma masakan yang kau buat untukku kala makan siang tadi. Sekiranya ada kasturi dan gaharu, mungkin keduanya akan bertasbih dihadapanmu. Mengaku takluk akan harummu. Rambutmu melambai seperti senja yang kemarin kita lalui (baca:Disenja yang Sunyi). Menyapa lembut kulitku. Tak hanya itu, segala yang kau miliki telah menjadikanku pemegang hak pakainya, tunggal dan tak terbagi. Kau membisikiku "Sayang, aku ingin seperti malam tadi, sebelum subuh menjelang!" Aku hanya mengangguk mengiyakan karena kau milikku. **********
Pondok Makmur Sejati, 7 September 2013 Zahir Makkaraka (Peserta FS No. 54)
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul : Hasil Karya Fiksi Sensual. Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community atau https://www.facebook.com/groups/175201439229892/doc/514804131936286/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H