Mohon tunggu...
Rahmat Mustafa
Rahmat Mustafa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Wiraswasta yang senang ngopi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesan Dari Times Square New York

9 Maret 2014   02:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:07 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah agama adalah sumber kekacauan?
Apakah agama adalah pemicu pertumpahan darah?
Apakah agama adalah racun?
Apakah agama adalah bahan olok-olokan?

Tidak heran Karl Marx menganggap agama sebagai "candu" yang membius umatnya hingga terbang tinggi ke awan menggapai sesuatu yang tak berpangkal. Kitapun tidak heran ketika John Lennon dalam lagu Imagine, membayangkan di dunia ini tidak ada negara dan tidak ada agama sehingga tidak ada yang membunuh atau mati!

Dan, seorang Professor Matematika dari Cambridge, pencetus Teori Big-Bang - Stephen Hawking - menafikan alias menentang adanya Tuhan (agama). Bahkan Friedrich Nietzsche berseru, "Gott ist tot!" (Tuhan sudah mati).

Sebagai seorang yang percaya akan agama dan Tuhan, pastilah alinea satu, dua, dan tiga, semuanya salah besar! Apakah ketika umat beragama saling bertikai hingga membunuh satu sama lain lantas kita menyalahkan agama? Kitapun menuding dibalik bencana itu karena "tidak adanya Tuhan" yang dengan kekuasaan-Nya mampu menghindarkan bencana saling membunuh itu? Pasti, manusialah yang salah, bukan agamanya, apalagi Tuhan!

Tidak ada agama tanpa kecuali yang mengajarkan umatnya untuk saling membunuh dan memperolok-olok umat agama lain. Semua agama, apapun agamanya, mengajarkan CINTA, mengasihi dan menghormati satu sama lain.

Oleh karenanya, ketika umat beragam saling bertikai, jangan menyalahkan agama yang dianut umatnya. Salahkanlah oknumnya, karena mereka belum sepenuhnya menyadari hakikat ajaran agamanya. Sama halnya yang terjadi di Amerika Serikat, ketika kampanye Terry Jones (Pembakar Al-Quran dan penulis buku: Islam Sama Dengan Iblis) di Times Square, New York, menjelek-jelekan Islam.

Alih-alih publik AS mendengarkan kampanye Jones, justru mereka bersatu menentang  apa yg dikatakan Jones dengan menyanyikan salah satu lagu The Beatles, "All you need is love".  Apa yang terjadi di Times Square ini memberikan pesan kepada kita bahwa, Pertama, masyarakat AS tidak semuanya membenci Islam. Tentu, sebagai umat Islam, kitapun menaruh hormat kepada mereka. Kedua, seseorang atau sekelompok orang yang saling membenci, memperolok-olok, atau menfitnah  adalah mereka yang kehilangan cahaya cinta dari agamanya. Ketiga, saat seseorang menjelek-jelekan agama tertentu, jangan marah dan balik menyerang, ada baiknya kitapun menyanyikan lagu "All you need is love" .

(Sumber: Youtube)

***


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun