Jokowi dan Kompasianers Semprul
Bagi yang sedang membaca tulisan ini, mohon untuk terus membaca dan memahami penjelasan saya agar pembaca tidak salah paham.
Judul tulisan ini terinspirasi oleh salah satu penggalan judul tulisan Ninoy N Karundeng yang menyebut istilah Kompasianers Semprul. Semula saya menduga bahwa kata semprul adalah ungkapan dari bahasa jawa. Karena saya bukan orang jawa, maka berkat bantuan Mbah Google saya dapat mengenal kalau istilah semprul itu memanglah berasal dari bahasa jawa. Kata semprul bisa berarti sialan, kurang ajar, brengsek !!! (atau ngaco, gak masuk akal, ngawur banget). Jadi kompasianer semprul tentu akan berarti : kompasianer sialan, kurang ajar, brengsek dan seterusnya.
So, apa hubungannya dengan Jokowi ? Itu yang tidak saya pahami. Bisa disimak dari kutipan tulisan kompasianer Ninoy N Karundeng yang berjudul Somasi SBY dan Daftar Kompasianers Semprul, “Kini, sejak masa somasi oleh SBY digulirkan baik terhadap Sri Mulyono maupun terhadap Fahri Hamzah bahkan terhadap Rizal Ramli, maka yang tersisa di Kompasiana adalah para Kompasianers semprul dengan tulisan gaya seksi dan genit yang terkait hanya pada Jokowi, cinta-cintaan dan seks, selingkuhan dan selangkangan - dan itulah yang menarik pembaca alias Kompasianers”. (baca DISINI)
Nah, lho ! cinta-cintaan dan seks, selingkuhan dan selangkangan tentulah memang terkait dengan gaya seksi dan genit. (Seperti yang sering saya baca dari kompasianer jagoan saya : Mbak Ellen dan Pakde Kartono). Tetapi, apakah IQ saya yang sedikit jongkok sehingga agak sulit memahami mengapa Jokowi masuk pula dalam kategori seksi dan genit versi Ninoy N Karundeng ? Iya, khan ? Maka, akan mengingatkan saya yang penulis pemula agar selalu berhati-hati dalam menulis. Apa yang kita tulis/katakan seringkali orang lain hanya mampu me-replay, tanpa berusaha memahami maksudnya. Demikian kita tidak ingin justru kita sendirilah yang Kompasianer Semprul.
Terakhirnya, anggap saja tulisan ini sekedar guyonan, dan mari kita nikmati lirik lagu Darah Muda-nya Rhoma Irama, untuk mengusir ketegangan yang tidak penting :
Darah muda darahnya para remaja
Yang selalu merasa gagah
Tak pernah mau mengalah
Masa muda masa yang berapi-api
Yang maunya menang sendiri
Walau salah tak perduli
Darah muda
Biasanya para remaja
Berpikirnya sekali saja
Tanpa menghiraukan akibatnya
Wahai kawan para remaja
Waspadalah dalam melangkah
Agar tidak menyesal akhirnya
Darah muda darahnya para remaja
Yang selalu merasa gagah
Tak pernah mau mengalah
Darah muda
(Tapi maaf, saya bukan pendukung Bung H. Rhoma Irama untuk Presiden, agar beliau tetap menjadi Raja Dangdut)
Arung Aruhu, 1 April 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H