Mohon tunggu...
Arundati Momi
Arundati Momi Mohon Tunggu... -

Whatever reader, thinker, writer and imaginer.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[FFA] Dilihat Allah

18 Oktober 2013   20:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:21 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah ujian kenaikan kelas, Fikri dan teman-temannya pulang lebih pagi dari biasanya. Tidak ada kegiatan belajar di sekolah. Mereka hanya diminta membawa peralatan kerja bakti untuk membersihkan sekolah dan halamannya yang luas. Dan sebelum siang, kerja bakti pun usai. Taman sekolah menjadi bersih dan ruang-ruang kelas tertata rapi.

“Aku haus sekali.. kita beli minuman yuk..” ujar Didi kepada Fikri.

Fikri berjalan di samping Didi menuju sebuah toko kecil yang menjual berbagai macam makanan dan minuman. Di toko itu, pembeli mengambil sendiri makanan atau minuman yang diinginkan, kemudian membawanya ke kasir. Orang biasa menyebut jenis toko seperti ini adalah Swalayan, yang artinya melayani diri sendiri.

Fikri mengambil sebotol kecil air putih kemudian menghampiri Didi. Dilihatnya Didi menggenggam beberapa macam makanan kecil dan..

“Didi!! Kenapa dimasukkan dalam tas? Sini aku bawakan kalau kamu mau membeli yang lain lagi..” tegur Fikri melihat Didi membuka tas dan memasukkan makanan-makanan kecil itu ke dalamnya.

“Sssshhhtt….!!! Jangan keras-keras Fikri.. nanti ketahuan..” Didi berbisik sambil menutup bibir Fikri dengan tangan kanannya.

Fikri menggelengkan kepala. Ia heran. Bagaimana bisa Didi berniat mencuri dengan memanfaatkan toko yang semacam ini?Apa Didi tidak tau bahwa mencuri itu dilarang Allah?

“Kamu jangan takut, Fikri.. kalaudiam saja, kita tidak akan ketahuan..” bisik Didi lagi, sambil menutup tas dan menggendongnya lagi seperti semula. “Ayo, kita keluar!”

Sampai di kasir tempat barang yang dibeli dihitung kemudian dibayar, Fikri memberikan botol air minum yang ia pegang.

“Dua ribu rupiah, dek.. ” kata kakak yang ada di depan sebuah mesin.

Fikri membuka dompetnya dan menyerahkan selembar uang dua puluh ribu.

“Dengan yang ada di sini kak..” Fikri membuka tas Didi dan mengeluarkan semua makanan kecil yang diambilnya tadi. “..tangannya tidak bisa menggenggam makanan-makanan ini. Jadi ia memasukkannya ke dalam tas.. tolong dihitung sekalian ya kak..” ujar Fikri sambil tersenyum, di depan Didi yang tampak pucat.

Kakak itu tersenyum sambil menghitung satu persatu makanan yang dikeluarkan Fikri dari tas Didi, kemudian memasukkannya ke dalam tas plastik. Setelah menerima kembalian, Fikri dan Didi pergi meninggalkan toko.

“Kenapa kamu membayar semuanya? Kan kalau kakak yang tadi tidak tau, kita tidak perlu kehilangan uang sebanyak itu..” ujar Didi setelah agak jauh berjalan.

“Kata Ayahku, korupsi miliaran rupiah bisa bermula dari kebiasaan curang kecil yang dibiarkan.. membentuk sikap tidak sadar bahwa setiap perbuatan kita dilihat Allah..” jawab Fikri tenang.

Peserta no 93

Dongeng ini dalam rangka Perhelatan Festival Fiksi Anak. Untuk membaca karya-karya peserta yang lain, silakanke sini.

Untuk info lebih banyak, Silakan bergabung diFB Fiksiana Community.

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun