Literasi secara umum dipahami sebagai kegiatan membaca dan menulis. Namun literasi mencakup lebih luas dari pada kegiatan tersebut. Literasi secara luasnya dapat dilakukan dengan mendengar, berbicara, menerima, memahami, mengolah, dan memproduksi informasi. Dengan demikian sumber literasi pun tidak terbatas dari teks dalam buku bacaan, koran, dan majalah. Akan tetapi sumber literasi dapat diperoleh dari tayangan televisi, radio, serta foto dan gambar dari berbagai media sosial.
Mengutip dari artikel yang diterbitkan oleh Whiteboard Journal yang berjudul 'Literasi Indonesia Peringkat 62 dari 70, Apakah Peningkatan Kualitas Perpustakaan Daerah Bisa Membantu?', diketahui bahwa Indonesia menempati peringkat 62 dari 70 negara perihal literasi. Dalam artikel itu menyebutkan bahwa data yang diperoleh merupakan data pada tahun 2019 yang diambil oleh Program for International Student Assessment (PISA) yang diselenggarakan oleh OECD. Lantas bagaimana cara meningkatkan kemampuan literasi bangsa Indonesia?
Sebagai guru yang bertindak dalam dunia pendidikan, salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan literasi Indonesia yaitu memanfaatkan perannya sebagai pendidik dengan membiasakan peserta didik untuk berkegiatan literasi. Sehingga secara perlahan kemampuan literasi bangsa Indonesia dapat berkembang. Langkah pembiasaan ini dapat dilakukan dengan memasukkan tahapan literasi dalam proses pembelajaran di kelas. Seperti yang dilakukan pada saat pembelajaran bahasa Inggris khususnya pada topik narrative text. Guru menerapkan strategi literasi yaitu rantai peristiwa dalam proses pembelajaran. Strategi ini diaplikasikan dalam rangka meningkatkan keefektifan peserta didik pada tingkat SMA dalam memahami narrative text.
Dalam menerapkan strategi literasi ini perlu menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan seperti halnya yang dilakukan oleh guru bahasa Inggris yang menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning. Ketika pelaksanaan pembelajaran dengan Problem Based Learning, guru memanfaatkan rantai peristiwa sebagai kegiatan yang untuk meningkatkan LOTS atau Low Order Thinking Skill. Peserta didik secara berkelompok memahami narrative text dalam bentuk video yang disediakan oleh guru. Lalu, peserta didik menemukan generic structures dengan menggunakan rantai peristiwa dan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan terkait cerita narasi dalam video tersebut. Selain teks cerita dalam bentuk video, peserta didik membaca memahami dan mengolah informasi yang terdapat dalam teks tertulis. Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan, peserta didik lebih mudah memahami generic structures of narrative text atau alur cerita dalam sebuah teks narasi.
Kemudian ketika diterapkan Project Based Learning, peserta didik secara berkelompok mencari ide atau inovasi untuk kemudian mengembangkan sebuah teks drama dengan bantuan rantai peristiwa. Peserta didik menentukan judul; latar tempat dan waktu; dan penokohan serta moral value yang ingin disampaikan. Lalu, peserta didik secara berkelompok menuliskan poin-poin permasalahan yang akan diceritakan. Selanjutnya, peserta didik mengelaborasi poin-poin cerita yang telah dikembangkan untuk kemudian disusun menjadi teks drama. Dalam hal ini, rantai peristiwa membantu peserta didik dalam mengorganisasi alur cerita yang akan dikembangkan untuk menjadi teks drama. Rantai peristiwa dalam metode Project Based Learning juga meningkatkan kemampuan berpikir tinggi peserta didik atau HOTS.
Melalui pembelajaran tersebut, peserta didik mampu meningkatkan kemampuan literasi dan personal seperti berpikir kritis, kreatif, sistematis, dan mampu bekerja sama dengan orang lain. Peserta didik mengembangkan cara berpikir kritis dengan menerima menyaring dan mengolah informasi yang ditampilkan dalam narrative text. Kemudian peserta didik menyalurkan ide ataupun inovasinya untuk menyusun sebuah teks drama narasi. Dalam penyusunan teks drama narasi ini diperlukan cara berpikir yang sistematis karena narrative text merupakan teks cerita kronologi. Sehingga diperlukan proses berpikir yang runtut untuk menyajikan teks yang sesuai alur waktu cerita. Yang terakhir adalah dengan bekerja secara berkelompok, peserta didik mampu meningkatkan kemampuan interaksi sosial dan bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Dengan demikian, pembelajaran narrative text dengan menggunakan strategi literasi rantai peristiwa dapat membantu peserta didik dalam menemukan tujuan dan alur cerita serta informasi tersirat maupun tersurat yang terdapat dalam teks. Yang kemudian mampu mengarahkan peserta didik untuk mampu berpikir tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H