Mohon tunggu...
Arum Sekar Adyota
Arum Sekar Adyota Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Unissula

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unissula

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Lembaga Pendidikan terhadap Perkembangan Moral Anak

19 Juni 2023   09:20 Diperbarui: 19 Juni 2023   09:31 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tingkat I: Prakonvensional 

          Dalam tingkat pra konvensional dibagi menjadi dua tahap. Pertama, orientasi terhadap kepatuhan dan hukuman. Pada perkembangan anak-anak, lembaga pendidikan berorientasi terhadap kepatuhan dan hukuman dalam mendidik siswanya. Biasanya siswa pada tahap ini hanya mengetahui bahwa aturan-aturan yang ada ditentukan oleh sesuatu yang memiliki kekuasaan lebih besar darinya, di mana kekuasaan ini tidak bisa diubah oleh siapapun. Maka dari itu siswa berpikir bahwa mau tidak mau ia harus menaati peraturan dari yang berkuasa tadi. Sehingga apabila ia melanggar peraturan tersebut ada konsekuensi yang akan diberikan terhadapnya. Dalam pelaksanaannya, kepatuhan dan hukuman merupakan dua hal yang sering dikaitkan karena dalam pembentukan kepatuhan akan disertai dengan hukuman sebagai konsekuensinya. Sebagai contohnya, apabila seorang guru memberikan tugas maka akan ada konsekuensi bila sang murid tidak mengerjakan tugas. Hukuman dapat berupa mendapat tugas tambahan. Hal ini dapat membentuk moral seorang anak karena dengan begitu membuat anak memiliki tanggung jawab untuk mengerjakan tugas.

          Kedua, relativistik hedonism. Dalam perkembangan anak-anak, hedonisme relativistik adalah sebuah pandangan bahwa kebahagiaan atau kenikmatan bersifat relatif dan bervariasi antara individu dengan individu lainnya. Dalam konteks lembaga pendidikan, pandangan ini sangat menghargai perbedaan individu dalam hal preferensi, minat, dan kebutuhan dalam pengalaman belajar. Misalnya, beberapa siswa mungkin menikmati pembelajaran melalui diskusi kelompok siswa, sedangkan yang lain mungkin lebih suka bekerja secara mandiri. Dalam hal ini, pendekatan pengajaran yang fleksibel dan terbuka dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih positif dan memuaskan bagi semua siswa, tanpa mengabaikan kebutuhan dan preferensi individu. Oleh karena itu, pendekatan hedonisme relativistik dapat menjadi panduan yang berguna dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan beragam.

Tingkat II: Konvensional

         Tingkatan ini terdiri dari dua tahap, yaitu orientasi mengenai anak yang baik dan mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas. Pada tahap orientasi mengenai anak yang baik, bisa berbeda-beda tergantung pada nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam budaya dan masyarakat tertentu. Namun, secara umum, ada beberapa prinsip yang sering dianggap penting dalam membentuk anak yang baik:

1.  Moral dan Etika: Anak yang baik dihormati dan memiliki pemahaman yang baik tentang moral dan etika. Mereka memiliki kemampuan untuk membedakan antara tindakan yang benar dan salah, dan berusaha untuk bertindak dengan integritas, kejujuran, dan empati terhadap orang lain.

2.  Pendidikan: Anak yang baik diberi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang baik. Mereka didorong untuk belajar dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk kognitif, emosional, sosial, dan fisik.

3.  Kejujuran: Anak yang baik diberdayakan untuk menjadi orang yang jujur. Mereka diajarkan pentingnya berbicara jujur, menghargai kepercayaan orang lain, dan bertanggung jawab atas tindakan mereka.

4.  Empati: Anak yang baik mampu memahami dan merasakan perasaan orang lain. Mereka belajar untuk berempati dan peduli terhadap kebutuhan dan penderitaan orang lain, serta mengembangkan sikap toleransi, kerjasama, dan dukungan terhadap sesama.

5.  Kemandirian: Anak yang baik didorong untuk menjadi mandiri dan bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. Mereka diajarkan keterampilan dan nilai-nilai yang diperlukan untuk mengambil keputusan yang tepat, mengatasi tantangan, dan meraih tujuan hidup mereka sendiri.

6.  Rasa Hormat: Anak yang baik menunjukkan rasa hormat terhadap orang lain, termasuk kepada orang tua, guru, dan sesama teman sebaya. Mereka diajarkan untuk mendengarkan pendapat orang lain, menghargai perbedaan, dan bersikap sopan dalam berinteraksi dengan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun