TANGSEL. -- Sebanyak 7 warga di Desa Sukoharjo, Garut meninggal dunia akibat wabah difteri, akibatnya Pemerintah langsung menetapkan status KLB di wilayah tersebut.
Difteri ditetapkan menjadi status KLB setelah meningkatnya kasus penularan penyakit dalam beberapa pekan terakhir di Garut, menyebabkan 7 warga meninggal dunia. Wabah difteri ini mayoritas menyerang anak-anak di Desa Sukoharjo.
Dilansir dari Pandemic Talks, Leli Yuliani dari Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Jawa Barat melakukan pemeriksaan kesehatan pada 72 orang yang memiliki kontak erat dengan pasien. Empat kasus suspek, dua kasus terkonfirmasi positif, dan 55 orang masih dalam pemeriksaan.
Penyakit difteri bukan sesuatu yang baru dalam dunia kesehatan dan dikenal sebagai salah satu penyakit yang mudah menular, khususnya menyerang kelompok anak-anak dan orang yang belum mendapat vaksinasi difteri.
"Masyarakat sekitar enggan melakukan vaksinasi difteri yang sebenarnya wajib dilakukan, akibatnya hal itu memicu ditetapkannya KLB di Garut," ujar Bupati Garut Rudy Gunawan, (21/2). Pemda Garut juga sudah melaporkan kepada pemerintah pusat, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atas kejadian tersebut.
Dikutip dalam laman Mayo Clinic, gejala difteri muncul setelah 2-5 hari setelah terpapar dari orang yang positif. Ciri-cirinya seperti sakit tenggorokan, sulit bernapas atau napas terlalu cepat, demam, pilek, dan kondisi tubuh yang mudah lelah. Bahkan jika kondisinya lebih parah, bisa merusak sistem pernapasan, jantung, dan menyebabkan kematian.
Difteri bisa dicegah dengan melakukan beberapa hal, seperti vaksinasi DPT (difteri, pertusis atau batuk rejan, dan tetanus), biasanya anak akan mendapat imunisasi sebanyak empat kali berturut-turut pada usia 2, 3, 4, dan 18 bulan, lalu atur pola makan yang sehat dengan gizi seimbang, menjaga kebersihan dan rajin mencuci tangan.
"Anak-anak yang belum mendapatkan vaksin bisa dipastikan mudah sakit, karena Indonesia termasuk negara berkembang dan lebih banyak jenis penyakitnya daripada negara lain, salah satunya yang hanya ada di Indonesia adalah penyakit difteri." kata dr. Loysa Ladydi SpA,M.Ked.Klin, dalam Live Instagram Gizidat, (5/1).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H