Mohon tunggu...
Arum Pusporini
Arum Pusporini Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter

Hello, you can call me Arum. I am starting to look for roles in copy writing, content writing, content creator and about social media handling. Currently working in this area. I am still learning and keeping people experience as on social media, content creator, copywriter, and content writer. Have a nice day everyone!

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Waspada! Asap Rokok di Baju Sebabkan Pneumonia Anak

15 Februari 2023   12:35 Diperbarui: 15 Februari 2023   12:42 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tiktok/@telormcd 

TANGSEL. -- Rokok jadi penyebab terjadinya gangguan kesehatan, seperti penyakit pada paru-paru, jantung, bahkan kanker. Beberapa waktu lalu viral anak kecil terdiagnosis pneumonia karena orang tua yang punya kebiasaan merokok.

Dari video yang beredar, diketahui bayi mengalami demam, batuk, dan pilek, dokter mendiagnosis bayi terkena bronkitis. Akibatnya, bayi mungil tersebut menjalani pengobatan uap dua kali sehari, diberi obat tetes hidung, antibiotik, dan obat pilek lainnya.

"Buat yang udah punya anak. Yuk egonya diturunin dulu buat gak ngerokok, daripada gak bisa gendong anak," tulis keterangan unggahan Tiktok @telormcd, dikutip (13/2).

Secara medis terbukti, asap rokok yang masih menempel pada baju dapat membahayakan orang sekitar termasuk anak. Kandungan nikotin dan bahan-bahan berbahaya pada asap rokok bisa ikut dihirup oleh orang di sekitarnya. Jika dibiarkan, hal ini bisa menyebabkan masalah kesehatan yang serius hingga menyebabkan kematian.

Lebih lanjut, asap rokok yang menempel di sejumlah barang atau tempat baru bisa hilang setelah berbulan-bulan. Penelitian terbaru menunjukkan balita bisa menjadi perokok pasif dan efeknya mengalami batuk, pilek berulang akibat terpapar racun rokok.

Penyebab radang paru-paru biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun penyebab lain seperti asap rokok, polutan, bahan kimia dan asap dari lingkungan bisa menyebabkan pneumonia aspirasi.

Kelompok yang berisiko terkena pneumonia antara lain, bayi dan anak-anak, lansia di atas usia 65 tahun, perokok, seseorang dengan kekebalan tubuh yang rendah misalnya HIV, atau seseorang yang terkena penyakit asma.

Pneumonia yang terjadi pada balita dan dewasa berbeda, infeksi pada saluran pernapasan atas atau bawah bisa menyerang balita dan akan berhubungan dengan jalur alveoli dan bronkiolus. Pneumonia ringan yang bisa terlihat pada balita ketika mengalami sesak napas atau gangguan dalam pengambilan oksigen dari paru-paru.

Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat bahwa pneumonia pada balita menempati peringkat kedua sebagai penyakit menular setelah diare. Tahun 2021 tercatat sebesar 8.760 kasus. Berdasarkan data WHO tahun 2019, anak di bawah 5 tahun mengalami kematian akibat pneumonia sebanyak 740.180 di dunia.

Pneumonia bisa dicegah dengan dukungan nutrisi dan pemberian vaksinasi. Maka, sebelum terjadi pneumonia yang serius, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui penyebab pasti terjadinya radang paru-paru sehingga bisa menentukan penanganan yang tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun