Mohon tunggu...
Arum Pusporini
Arum Pusporini Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter

Hello, you can call me Arum. I am starting to look for roles in copy writing, content writing, content creator and about social media handling. Currently working in this area. I am still learning and keeping people experience as on social media, content creator, copywriter, and content writer. Have a nice day everyone!

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Silent Killer! Waspada Diabetes pada Anak Balita

20 Januari 2023   16:00 Diperbarui: 20 Januari 2023   16:09 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TANGSEL. -- Diabetes punya peluang tinggi dalam menyerang anak-anak, ada dua jenis diabetes yang berbeda. Diabetes Melitus tipe-1 memiliki jumlah kadar insulin yang rendah disebabkan oleh faktor genetik, dan DM tipe-2 dengan gangguan penyerapan insulin akibat gaya hidup tidak sehat.

Diabetes juga bisa menyerang anak-anak, walaupun tidak banyak kasus yang terjadi pada anak di bawah usia lima tahun (balita), orang tua tetap perlu memperhatikan ciri diabetes pada si kecil. 

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah Yanuarso mengatakan "Makin banyak anak yang terkena diabetes bahkan mengalami hipertensi, Padahal, mulanya penyakit ini hanya menyerang kelompok orang dewasa." tuturnya, konferensi pers, Selasa (17/1).

Pasalnya, kejadian ini didukung oleh orang tua yang memberikan pola makan yang tidak sesuai panduan IDAI, yaitu jenis junk food atau makanan dan minuman yang tinggi gula. Selain itu, diabetes yang terjadi pada ibu juga bisa meningkatkan risiko diabetes pada anak.

Orang tua juga masih sering keliru, mengatakan anak gemuk sudah pasti sehat. Padahal, bisa jadi itu akibat dari anak yang kelebihan gula. Tanpa disadari, terlalu sering mengonsumsi jenis makanan dan minuman tinggi gula akan berdampak buruk bagi masa depan si kecil.

American Heart Association (AHA) memberi anjuran, asupan gula harian untuk anak dibatasi maksimal enam sendok teh atau kurang lebih 24 gram gula, hal ini berlaku untuk anak yang berusia 2-18 tahun. Berbeda jika usia di bawah 2 tahun, sebaiknya hindari gula tambahan dalam memenuhi asupan gizinya.

Gula alami dalam buah bisa menjadi opsi untuk cemilan atau bahan tambahan dalam makanan si kecil. Kandungan fruktosa dalam buah punya serat yang tinggi dan berperan sebagai penghasil energi, tidak membuat tubuh rentan terkena diabetes.

Sebaiknya, anak usia balita mengonsumsi makanan yang alami seperti sayur dan rebus-rebusan, atau dibuatkan kreasi makanan lain agar lebih menarik. Pasalnya, banyak makanan olahan cepat saji yang dipilih orang tua, karena dinilai lebih praktis dan yang penting anak mau makan.

Seorang ibu dengan 1 anak usia 2 tahun, Mela Melani menjelaskan, "Saya biasa masak sendiri makanan anak sesuai dengan panduan IDAI, gizinya harus lengkap ada karbo, protein, lemak, dan lainnya. Cemilan juga buat sendiri, misalnya kentang goreng yang bahannya bisa saya atur jadi lebih sehat dan pastinya higienis." tutupnya, dalam wawancara melalui WhatsApp, Jumat (19/1).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun