Mohon tunggu...
ARUM PUSPITA
ARUM PUSPITA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saat ini saya adalah mahasiswa Teknik Informatika yang tengah fokus pada pengembangan web dan desain. Selain itu, saya juga seorang mahasantri yang berkomitmen untuk memperdalam pemahaman sosial dan terus berusaha meningkatkan kemampuan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bagaimana Kenyamanan Meningkatkan Penerimaan Teknologi Informasi Kesehatan

15 September 2024   22:51 Diperbarui: 16 September 2024   00:22 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Teknologi Informasi Kesehatan (Sumber: Bola.com)

Bagaimana Kenyamanan Meningkatkan Penerimaan Teknologi Informasi Kesehatan

Dalam beberapa dekade terakhir, kemajuan teknologi informasi telah membawa perubahan signifikan di berbagai sektor, termasuk sektor kesehatan. Digitalisasi dalam layanan kesehatan, yang mencakup penerapan Teknologi Informasi Kesehatan (Health Information Technology atau HIT), telah membuka peluang besar dalam meningkatkan kualitas perawatan pasien. Salah satu elemen penting dalam HIT adalah Rekam Kesehatan Pribadi (Personal Health Record atau PHR), yang memungkinkan pasien untuk mengakses dan mengontrol informasi kesehatan mereka secara mandiri. Namun, meskipun teknologi ini menawarkan berbagai manfaat, adopsi oleh pengguna akhir, dalam hal ini pasien, tidak selalu berjalan mulus.

Penelitian yang dilakukan oleh Hebah Alquran dan rekan-rekannya (2024) dalam jurnal Telematics and Informatics Reports memaparkan bahwa keberhasilan penerapan HIT sangat bergantung pada beberapa faktor kunci, yaitu kepercayaan, kenyamanan, dan technophobia. Berdasarkan data yang mereka kumpulkan, ditemukan bahwa hanya 18% masyarakat di Amerika Serikat yang benar-benar menaruh kepercayaan pada sistem kesehatan digital mereka. Hal ini menunjukkan masih adanya skeptisisme yang tinggi terhadap keamanan dan privasi informasi pribadi yang disimpan dalam sistem tersebut.

Selain kepercayaan, kenyamanan juga menjadi faktor penting. Kemudahan akses dan penggunaan teknologi kesehatan sangat mempengaruhi apakah pasien akan menerima atau menolak teknologi ini. Penelitian juga mencatat bahwa persepsi kenyamanan berperan signifikan dalam meningkatkan niat pengguna untuk mengadopsi teknologi kesehatan. Di sisi lain, technophobia atau rasa takut terhadap teknologi masih menjadi hambatan besar, terutama di kalangan pasien yang kurang terbiasa dengan penggunaan perangkat digital dalam kehidupan sehari-hari.

Faktor kepercayaan menjadi salah satu elemen terpenting dalam penerimaan teknologi informasi kesehatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alquran et al. (2024), hanya 18% pasien yang sepenuhnya percaya pada sistem teknologi informasi kesehatan yang mereka gunakan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun teknologi seperti Rekam Kesehatan Elektronik (EHR) dan PHR sudah semakin canggih, kekhawatiran mengenai privasi dan keamanan data masih menjadi hambatan utama. Kepercayaan terhadap teknologi kesehatan sangat dipengaruhi oleh persepsi pasien terkait keamanan data pribadi mereka. Jika sistem tidak mampu menjamin bahwa informasi pasien terlindungi, maka kepercayaan terhadap teknologi tersebut akan sulit terbangun. Oleh karena itu, penting bagi penyedia layanan kesehatan untuk meningkatkan keamanan sistem mereka dan memberikan transparansi terkait penggunaan data pasien.

Selain itu, kenyamanan dalam penggunaan teknologi juga memainkan peran penting dalam mendorong adopsi HIT. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 61,7% responden dalam studi merasa nyaman menggunakan teknologi kesehatan melalui portal web, sementara 38,3% lainnya lebih nyaman menggunakan aplikasi mobile. Data ini mencerminkan bahwa perangkat yang digunakan dalam teknologi informasi kesehatan harus dirancang dengan mempertimbangkan preferensi pengguna, baik dalam bentuk aplikasi mobile yang fleksibel maupun portal web yang lebih konvensional. Ketika pasien merasa nyaman dan mudah menggunakan teknologi tersebut, mereka lebih mungkin untuk terus menggunakan layanan tersebut dalam jangka panjang.

Di sisi lain, technophobia atau rasa takut terhadap teknologi masih menjadi kendala utama, terutama di kalangan kelompok usia yang lebih tua. Penelitian menemukan bahwa rasa takut terhadap penggunaan teknologi, seperti kekhawatiran bahwa data mereka diawasi atau disalahgunakan, mempengaruhi 29% responden yang menyatakan enggan beradaptasi dengan teknologi baru. Kekhawatiran ini sangat terkait dengan kurangnya literasi digital di kalangan pengguna yang lebih tua atau mereka yang kurang terbiasa menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi hal ini, dibutuhkan program pendidikan yang berfokus pada literasi teknologi kesehatan, serta dukungan berkelanjutan untuk membantu pasien yang mengalami kesulitan dalam menggunakan teknologi baru.

Secara keseluruhan, Alquran et al. (2024) menyoroti bahwa kepercayaan, kenyamanan, dan technophobia adalah tiga faktor utama yang menentukan penerimaan HIT. Dengan memahami dan mengatasi tantangan-tantangan ini, penyedia layanan kesehatan dapat mempercepat adopsi teknologi kesehatan, serta meningkatkan kualitas perawatan dan keterlibatan pasien. Inisiatif yang difokuskan pada peningkatan kepercayaan, penyediaan kenyamanan dalam penggunaan, serta pengurangan technophobia dapat menjadi kunci keberhasilan dalam penerapan sistem HIT yang lebih luas dan inklusif.

Penelitian yang dilakukan oleh Alquran et al. (2024) memberikan wawasan penting mengenai faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan Teknologi Informasi Kesehatan (HIT) oleh pasien. Kepercayaan, kenyamanan, dan technophobia adalah kunci utama dalam menentukan apakah suatu teknologi kesehatan akan diterima atau ditolak. Menurut data yang dipaparkan, hanya 18% masyarakat yang sepenuhnya percaya pada sistem teknologi kesehatan, yang menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk meningkatkan aspek keamanan dan transparansi dalam pengelolaan data. Di sisi lain, kenyamanan pengguna terhadap sistem juga berperan penting dalam meningkatkan niat untuk menggunakan teknologi tersebut, dengan preferensi yang jelas terhadap perangkat mobile yang lebih fleksibel.

Implikasi dari penelitian ini sangat signifikan bagi para penyedia layanan kesehatan dan pembuat kebijakan. Dengan memperbaiki aspek kepercayaan melalui peningkatan keamanan data, serta menawarkan solusi yang lebih nyaman bagi pengguna, tingkat adopsi HIT dapat ditingkatkan secara drastis. Selain itu, upaya pendidikan dan peningkatan literasi teknologi harus diperkuat, khususnya bagi kelompok demografis yang masih memiliki tingkat technophobia yang tinggi. Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, keberhasilan penerapan HIT tidak hanya akan meningkatkan efisiensi sistem kesehatan, tetapi juga kualitas hidup pasien secara keseluruhan.


Referensi


Alquran, H., Banitaan, S., Bari, T., Chavarkar, Y., & Bellamy, A. (2024). The impact of trust, comfortability, usability and technophobia factors on acceptance of health information technology. Telematics and Informatics Reports, 15, 100159. https://doi.org/10.1016/j.teler.2024.100159

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun