Bagi mereka yang mengenal saya, mengetahui saya adalah lulusan UIN Jakarta, mungkin akan tidak senang jika saya menyatakan kejengahan ini. Tapi secara jujur saya perlu mengatakan, kalau saya teramat muak dengan segala perdebatan tentang ahok.
Dalam pandangan saya, persoalan mengenai ahok bukan lagi berada pada lingkup penistaan agama. Terserah kalian mau mengakuinya atau tidak, ini sudah menjadi terlalu politis. Dan saya rasa sudah saatnya masyarakat yang muak dengan hal ini bersuara.
Saya bukannya tidak mau menjadi seorang muslimah yang baik. Hanya saja, menjadi muslimah yang baik bukan berarti harus ikut dalam setiap aksi-aksian dengan spanduk tangkap dan penjarakan. Benarkah agama mengajarkan kita kebencian yang seperti itu?
Menurut saya ahok memang bersalah. Ia tak seharusnya membawa perkara agama dan keyakinan pada konteks pilkada. Tapi saya tak pernah merasa ucapannya menista agama saya, menista ulama saya. Kalaupun kalian berteguh mengatakan ahok menista agama, saya mau bertanya sejenak pada kalian. Benarkah kita tak pernah menista agama?
Mungkin sebagian kita yang mencemooh agama orang lain tak pernah merasa menista agama mereka. Bahwa yang kita katakan ini adalah kebenaran, meski memang menjadi kebenaran yang hanya kita yakini.
Lagipula saya tak merasa ucapan ahok adalah sebuah cemoohan apalagi penistaan. Dalam negara yang memang masih belajar demokratis ini, apa yang dikatakan ahok adalah sebuah keresahan yang melanda sebagian masyarakat kita yang tak memiliki agama yang sama dengan kebanyakan orang.
Tapi sekali lagi, saya sudah malas berkomentar. Setidaknya dengan tulisan ini saya bisa mengungkapkan kejengahan saya pada kondisi masyarakat hari ini. Toh, mau ada pilkada atau apapun, saya tetap belum menemukan calon pelayan yang baik bagi setiap warga negara. Mau nantinya saya dikatakan kafir pun tak masalah. Lagipula saya hanya ingin menjadi muslimah yang biasa-biasa saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI